WAHANANEWS.CO, Jakarta - Sebuah video viral di media sosial akhirnya menyeret nama besar Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Cilegon, Muh Salim (54), ke dalam jerat hukum.
Dalam tayangan yang mengguncang publik itu, terdengar suara pria yang lantang menuntut jatah proyek senilai Rp 5 triliun tanpa melalui proses tender.
Baca Juga:
Polda Banten Jerat 3 Tokoh Organisasi dalam Kasus Intimidasi Investor
Polisi pun bergerak cepat, dan kini Salim resmi ditahan atas dugaan pemerasan terhadap PT Chandra Asri Alkali (CAA), perusahaan petrokimia ternama yang sedang menggarap proyek senilai Rp 15 triliun.
Kasus ini mencuat setelah unggahan video dari pertemuan antara perwakilan ormas dan Kadin Cilegon dengan kontraktor proyek pabrik CA-EDC, yakni PT Chengda Engineering Co.
Dalam video yang ramai dibagikan di platform X (dulu Twitter), tampak seseorang berpakaian putih mengutarakan permintaan jatah proyek dalam jumlah fantastis.
Baca Juga:
Pemerasan Minta Jatah Proyek Rp5 Triliun, Ketua Kadin Cilegon Jadi Tersangka
“Tanpa ada lelang, porsinya harus jelas, Rp 5 triliun untuk Kadin,” ucap pria yang mengaku dari Kadin Cilegon.
Pernyataan tersebut sontak menimbulkan kehebohan dan mendorong aparat penegak hukum melakukan penyelidikan.
Kepolisian pun akhirnya menetapkan Muh Salim sebagai tersangka dan menahannya untuk penyidikan lebih lanjut.
Wakil Ketua Umum I Kadin Cilegon, Isbatullah Alibasja, mencoba meluruskan duduk perkara.
Ia mengklaim bahwa sebelum pertemuan tersebut, Kadin telah beberapa kali menjalin komunikasi dengan pihak investor dan kontraktor utama proyek, yaitu PT CAA dan dua konsorsium besar: Chengda, Total Persada dan PT PP JO–Seven Gate Indonesia.
“Sebelum insiden itu, kami sudah adakan 3–4 kali pertemuan yang sifatnya persuasif. Tujuan kami agar proyek ini melibatkan pelaku usaha lokal,” ujar Isbat, beberapa waktu lalu.
Namun komunikasi yang awalnya lancar mulai tersendat, terutama dengan pihak Chengda.
Menurut Isbat, perbedaan budaya dan lambatnya respons dari pihak kontraktor membuat Kadin memutuskan untuk melakukan inspeksi langsung ke lokasi proyek.
Kondisi di lapangan ternyata sudah memanas. Beberapa pengusaha lokal dari organisasi seperti HIPMI dan HIPPI sudah berada di lokasi. Situasi pun tak terkendali.
“Komunikasi jadi tidak sehat. Chengda selalu bilang keputusan ada di CAA. Tapi CAA juga menyatakan dukungan untuk melibatkan pengusaha lokal. Jadi seperti dilempar-lempar,” kata Isbat.
Dalam suasana tegang itu, terjadi adu mulut. Salah satu pengurus Kadin mengeluarkan pernyataan kontroversial yang kemudian viral.
Isbat menegaskan bahwa pernyataan tersebut bukanlah sikap resmi organisasi, melainkan luapan emosi sesaat.
“Saya menyebutnya selip lidah. Ya kita juga tahu, mana ada proyek Rp 5 triliun tanpa tender,” pungkasnya.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]