WahanaNews.co | Indonesia Political
Opinion (IPO) baru saja merilis hasil survei
terbarunya terkait elektabilitas calon-calon potensial untuk Pilpres 2024.
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, berada di urutan pertama yang paling
banyak dipilih oleh responden IPO.
Baca Juga:
Sukses Cetak Hattrick dalam Kontestasi Pilpres, Martabat Siap Kawal Agenda Keberlanjutan
Anies berada di urutan pertama dengan
elektabilitas sebesar 15,8 persen.
Posisi kedua, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, dengan elektabilitas 12,6 persen, dan selanjutnya Sandiaga Uno bertengger dengan 9,55 persen.
"Bisa kita sebut sebagai masa
transisi. Kelompok-kelompok senior semestinya sudah selesai di 2019, termasuk
Pak Jokowi dan Pak Prabowo," ujar Direktur Eksekutif IPO, Dedi Kurnia Syah, dalam sebuah diskusi daring, Sabtu
(10/4/2021).
Baca Juga:
Ini Pesan Jokowi ke Prabowo-Gibran
Sementara di posisi keempat, ada nama
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, dengan
elektabilitas 7,9 persen, dan menyusul nama Ketua umum Partai
Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dengan
nilai elektabilitas 7,1 persen.
Barulah Menteri Pertahanan sekaligus
Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, dengan 5,7 persen.
"Pak Prabowo sedang tidak
mendominasi dalam catatan IPO. Yang mendominasi masih Anies Baswedan,"
ujar Dedi.
Setelah nama Prabowo, terdapat Tito
Karnavian dengan elektabilitas 4,5 persen, Ahmad Syaikhu (3,8 persen), dan Ahmad Heryawan (2,3 persen).
Selanjutnya, Puan Maharani (1,6 persen), Airlangga Hartanto (1,5 persen), Said Aqil Siradj (0,9 persen), Khofifah Indar Parawansa (0,8 persen), Zulkifli Hasan (0,7 persen), Gatot Nurmantyo (0,5 persen), Ma"ruf Amin (0,5 persen), dan Muhaimin Iskandar (0,2 persen).
Sementara itu, nama-nama
seperti Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa, Menteri
Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD, dan Kepala Kantor Staf
Kepresidenan (KSP) Moeldoko, sama-sama memperoleh elektabilitas
sebesar nol persen.
Survei IPO dilakukan pada 10-22 Maret
2021. Survei melibatkan 1.200 responden yang tersebar di berbagai daerah
menggunakan metode multistage random
sampling, dengan sampling error
2,50 persen.
Hasil survei IPO berbeda dengan
beberapa lembaga seperti SMRC, Charta Politika, dan Kedai KOPI yang menempatkan
Prabowo di puncak survei.
Namun, sama dengan hasil survei
Indikator Politik Indonesia.
Indikator Politik Indonesia melakukan
simulasi terhadap 17 nama calon presiden dalam survei nasional anak muda pada
Maret 2021.
Hasilnya, Anies Baswedan (15,2
persen), Ganjar Pranowo (13,7 persen), dan Ridwan Kamil atau Kang Emil (10,2
persen) menjadi tiga tokoh teratas yang dipilih anak muda jika pemilihan
presiden dilakukan sekarang.
"Secara umum tidak ada nama yang
dominan, tetapi di antara 17 nama yang paling tinggi secara absolut itu ada
Anies Baswedan di angka 15,2 persen," ujar Direktur Eksekutif Indikator
Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, dalam rilis survei secara daring, Minggu (21/3/2021).
Indikator Politik Indonesia melakukan
survei ini pada 4-10 Maret 2021 kepada 1.200 responden berusia 17-21 tahun.
Dengan situasi pandemi Covid-19,
survei dilakukan melalui wawancara telepon. Responden berasal dari seluruh
provinsi yang terdistribusi secara proporsional.
Indikator Politik Indonesia
menggunakan metode simple random sampling dengan
toleransi kesalahan sekitar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Kepala Pusat Penelitian Politik LIPI,
Firman Noor, tak menampik bahwa Anies memang kerap kali masuk tiga atau lima
besar di berbagai survei terkait capres 2024.
Menurut dia, hal tersebut menjadi
peringatan bagi nama manapun yang berencana tampil di 2024.
"Ini sebenarnya warning bagi para pesaing. Apalagi,
Anies belum fokus dan betul-betul memanaskan mesin di pertarungan
pilpres," kata dia kepada wartawan, Minggu (11/4/2021).
Meskipun hasil berbagai survei
tersebut belum pasti, dan dinilainya masih sangat berpotensi berfluktuatif, Anies disebutnya sudah memiliki posisi yang melegakan.
Terlebih, Anies disebutnya juga belum
mendapat keuntungan dari partai pendukung.
"Partai pendukungnya belum jelas
siapa juga. Tapi, bagi pendukung Anies nantinya, Anies akan dipandang bisa
memberikan bukti dia bisa menjadi tokoh yang memiliki nilai," ucap dia.
Nilai itu,
ditegaskannya, karena Anies terbukti memiliki prestasi dan attitude sebagai pemimpin alternatif pasca kekosongan Jokowi.
Sehingga, pilihan tersebut, menurut Firman, akan membuat pemilih sekarang keluar dari politik
pemerintahan yang dinilai kurang memuaskan oleh banyak pihak.
Tak hanya itu, Anies yang kerap
memuncaki nama bursa pilpres juga dinilai Firman karena memiliki track record yang baik dan kerap tampil
menjadi perhatian publik.
Hal itu berbeda dengan tokoh lain yang
juga kerap tampil namun tidak bisa mencuri perhatian publik.
"Saya kira kenyataanya seperti
itu," ujarnya.
Namun demikian, Firman menegaskan, jika Pilpres 2024 masih memiliki waktu yang panjang. Sehingga,
bisa memunculkan penetrasi politik lain.
Senada dengan Firman, pengamat politik
dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin, yang menilai, hasil survei saat ini tidak menjamin nasib seorang
pejabat ke depannya.
Ujang tetap yakin akan sifat dinamis
atau fluktuatif dari hasil survei.
"Akan banyak kejadian politik
yang tidak diduga. Dan itu akan membuat elektabilitas capres dan cawapres akan
naik turun bagai roller coaster. Dan
perlu survei pembanding karena hasilnya nanti kemungkinan berbeda,"
katanya, saat dihubungi wartawan, Senin (12/4/2021).
Kemudian, ia melanjutkan, saat ini Anies dianggap punya banyak prestasi dan menjadi pihak
yang dianggap berseberangan dengan pemerintah pusat.
Dalam kondisi masyarakat yang tingkat
kepuasannya rendah terhadap pemerintah, maka masyarakat akan cari figur yang
menjadi anti-tesa dari pemerintah.
"Mungkin sosok itu Anies. Anies
bekerja, tim media Anies juga bekerja. Dan para buzzer juga bekerja. Soal itu berimbang saja. Karena masing-masing
punya tim media. Jika Anies saat ini tinggi elektabilitasnya, belum tentu nanti
setelah tidak jadi gubernur tetap tinggi karena bisa saja turun ketika nanti
sudah tidak punya jabatan. Kami lihat saja nanti ke depan,"
kata dia.
Direktur Eksekutif Indo Barometer, Muhammad Qodari, meramalkan duel Anies Baswedan versus
Prabowo Subianto pada Pilpres 2024.
"Sesuai saja dengan bacaan saya
kalau misalnya gagasan Jokowi-Prabowo di 2024 tidak bisa dilaksanakan, maka
Pilpresnya nanti kemungkinan besar akan berhadapan antara Anies dengan Prabowo
Subianto," kata Qodari, dalam keterangan yang disampaikan
pada wartawan, Senin (22/3/2021).
Qodari menjabarkan, ramalannya didasari gagasan bahwa Prabowo pasti akan berkompetisi
di Pilpres 2024, lantaran Partai Gerindra punya
keterwakilan yang tinggi di DPR RI.
Menurutnya, Gerindra hanya perlu
dukungan satu partai menengah guna memenuhi presidential
threshold.
"Kemungkinan besar koalisinya
nanti itu koalisi yang terdiri dari Gerindra, PDIP, kemudian PKB, dan
barangkali ada kemungkinan PAN," ucap Qodari.
Di sisi lain, Qodari menduga Anies
bakal meraih dukungan dari PKS, Golkar, NasDem dan partai lainnya.
Anies, lanjut Qodari, berpeluang besar mempertahankan popularitasnya hingga jelang
Pilpres 2024.
"Anies saya kira surveinya yang
paling potensial bertahan sampai dengan masa pendaftaran (Pilpres) pada Agustus
2023," sebut Qodari.
Qodari meyakini Anies punya basis
pendukung yang jelas karena dianggap perwakilan umat Islam.
Kemudian, Anies berpeluang mendapat
simpati dari para mantan pemilih Prabowo-Sandi pada Pilpres 2019 yang kecewa.
"Anies di Pilkada DKI Jakarta itu
di-frame atau dicitrakan sebagai calonnya umat Islam. Pada waktu itu berhadapan
dengan Ahok dan isu-isu yang membuat menang Anies pada saat itu tidak bisa
lepas dari masalah penistaan agama dari Gerakan 411 dan 212," ujar Qodari. [qnt]