PERSERIKATAN Bangsa-Bangsa (PBB) akhirnya berhasil melakukan kontak pertama
dengan militer di Myanmar sejak terjadinya kudeta awal pekan ini.
Dalam
komunikasi pertama pada Jumat (5/2/2021), PBB kembali menekankan posisi
organisasi dunia itu terhadap pengambilalihan kekuasaan secara paksa oleh
militer Myanmar.
Baca Juga:
Presiden El-Sisi Antar Langsung Keberangkatan Presiden Prabowo Menuju Doha
Sejak
awal, Sekjen PBB, Antonio Guterres, lantang berjanji melakukan segala cara untuk memastikan
kudeta itu gagal.
Proses
pengambilalihan kekuasaan pemerintahan secara paksa terlebih menggunakan kekuatan
militer menjadi perhatian besar secara global.
Masalahnya,
bentrokan antara militer bersenjata dengan sipil berulang kali meninggalkan
catatan buruk penegakan hak asasi manusia di dunia.
Baca Juga:
Kunjungan Mendadak Penuh Keakraban, Presiden Prabowo dan Presiden El-Sisi Sambangi Akmil Mesir
Seperti
dalam kudeta militer di Mesir, yang terjadi di tengah protes massal menentang pemerintahan
Presiden Mohammed Morsi.
Pemberontakan
yang dipimpin Jenderal Abdul Fattah al-Sisi memunculkan pro dan kontra atas
kepemimpinannya di Mesir sejak 2014.
Pendukung
pensiunan Perwira Tinggi Militer ini menyebutnya telah memulihkan stabilitas di
negara itu.