Di sinilah muncul Sabdo Palon,
penasihat Raja Majapahit, yang mendesak Sultan mempertahankan keyakinan
Buddhanya.
Ternyata, Sabda Palon adalah dewa punakawan
Semar. Pelindung "adidunia" bagi
semua orang Jawa.
Baca Juga:
Soal Islamofobia, Mahfud MD: Yang Bilang Itu Abu Janda Bukan Pemerintah
Dalam kajiannya itu, Ricklefs juga menyatakan, Suluk
Gatholoco --benar-benar kasar dan gila-gilaan-- ditulis
tidak lebih lama dari tahun 1872.
Karya ini menghina Islam dari berbagai
segi, bahkan menafsirkan ulang kalimat syahadat sebagai metafora hubungan
seksual.
Sedangkan buku ketiga, Serat Dermagandhul, menggabungkan
revisionisme Babad Kedhiri dan
kegilaan cabul Gatoloco.
Baca Juga:
Abu Janda Sebar Hoax Anies soal ACT, Bamus Betawi: Provokasi!
Karya ini meramalkan bahwa setelah
tiga tahun (yaitu pada 1970-an) orang Jawa akan mengabdikan diri mereka pada
pembelajaran modern dan menjadi orang Jawa sejati kembali dan kemudian pindah
agama ke Kristiani.
Dari cerita para orangtua, buku-buku
itu yang gampang ditemukan pada era Soekarno, tetapi dilarang selama Orde Baru.
Namun, pada 2005 dan 2006, Dermagandhul diterbitkan ulang di Surakarta dan Yogyakarta oleh pengarang yang tampaknya
berbeda dan menggunakan nama samaran (noms
de plume) dari satu penulis yang lebih suka namanya anonim karena takut
masih adanya larangan resmi penerbitan.