Namun, beberapa waktu silam, stensilan
buku Gatoloco versi penerbit Tan
Khoen Swie, Kediri, Tjetakan ke V tahun 1958, memang
terbukti masih bisa didapatkan. Di kios buku antik yang berada di
pinggiran Alun-Alun Utara Surakarta (tak jauh dari Kraton dan Masjid Besar
Surakarta).
Sampul gambar buku ini memakai lukisan
sketsa seorang lelaki yang duduk bersimpuh di depan seorang perempuan yang
berdiri di depan sebuah gua.
Baca Juga:
Soal Islamofobia, Mahfud MD: Yang Bilang Itu Abu Janda Bukan Pemerintah
Perempuan itu digambarkan dengan
memakai kebaya dan kain. Lekuk tubuh keperempuannya terkesan
ditonjolkan.
Jadi, soal sentimen dan laku banal
terhadap ajaran Islam, sudah berlangsung semenjak zaman jahiliyah sampai zaman
modern ini.
Namun, dari waktu ke waktu, kekasaran
dan kebanalannya kian bertambah. Tingkat tindakan nekadnya kini sudah
berlipat-lipat dari Abu Jahal, dari suku Quraisy yang jahiliyah
(bodoh atau tak beradab) itu, karena disebarkan secara sangat masif
melalui sarana zaman canggih media sosial yang menembus segala batas waktu,
media, dan ruang.
Baca Juga:
Abu Janda Sebar Hoax Anies soal ACT, Bamus Betawi: Provokasi!
Jadi, tepat bila Emha menyebut zaman
ini adalah zaman ultrajahilyah dengan munculnya sosok Abu Lahab murakab alias
kuadrat.
Entah siapa yang mampu mengurangi
kejahiliyahan ini?
Maka, belajarlah. Ingat, media sosial terbukti telah menghancurkan begitu banyak negara,
terutama negara yang terkena angin pusaran kehancuran "Arab
Spring"!