Bila di zaman lalu ada Darmog Gandul,
Gatoloco, hingga cerpen "Langit Makin Mendung"-nya Ki Panji Kusmin,
apa yang disebutkan anak "zaman old" itu belum
sevulgar dan meluas seperti sekarang ini.
Celakanya lagi, mereka juga tak
bersikap kesatria karena banyak di antara para penulis
kebanalan itu tidak berani menyebut jati
dirinya alias dengan membuat akun palsu.
Baca Juga:
Soal Islamofobia, Mahfud MD: Yang Bilang Itu Abu Janda Bukan Pemerintah
Dan bila ada yang berani memakai nama
yang jelas, maka ketika ditangkap polisi mereka segera bersikap cemen: menangis dan kelojotan tak keruan dan memohon-mohon minta ampun.
Tapi, apa sih sebenarnya yang terjadi?
Maka, jawabnya jelas, begitu banyaknya
sikap dan tulisan yang banal terhadap ajaran Islam jelas menunjukkan sentimen
terhadap Islam kini tengah menanjak naik.
Baca Juga:
Abu Janda Sebar Hoax Anies soal ACT, Bamus Betawi: Provokasi!
Lalu, Islam yang seperti apa yang
harus dipandang sentimen atau negatif?
Jawabnya, ya seperti ajaran Snouck
Hurgronje bahwa Islam politiklah yang harus ditebas habis, Islam ibadah tak
diganggu alias dibiarkan berjalan seperti biasa.
Adanya situasi itu, tepat bila kita
mengkaji kembali pandangan sejarawan Australa, MC Ricklefs, mengenai soal
Gatoloco (lihat buku: Mengislamkan Jawa,
Serambi, Cet 1 November 2013).