Menurutnya, flexing tidak melulu soal kekayaan dan harta, tetapi juga bisa pencapaian, keberhasilan, atau bahkan relationship.
Ia menuturkan, flexing masih dianggap normal selama masih dalam batas wajar.
Baca Juga:
Saldo ATM Nol, Rafael Alun Menangis Keluarganya Kini Hidup Nelangsa
Sebab Stefany juga menyebut flexing merupakan salah satu cara untuk menghargai keberhasilan seseorang, tetapi bisa jadi bermasalah apabila dilakukan secara berlebihan.
"Kan enggak semua hal dipamerkan. Ada batasan-batasan tertentu yang memisahkan mana flexing yang wajar dan tidak," jelas dia.
"Misalnya habis selesai kuliah terus bisa lulus, terus memamerkan itu kan boleh aja, sebagai salah satu bentuk apresiasi diri juga. Jadi tak melulu dimaknai negatif," tambahnya.
Baca Juga:
Mabes Polri Ungkap Suap dari Klub Bola Senilai Rp800 Juta untuk Promosi ke Liga 1
Stefany menjelaskan, selama barang yang dipamerkan adalah milik pribadi dan hasil pencapaian diri, itu merupakan hal yang wajar.
Akan tetapi, apabila flexing dilakukan untuk menutupi kekurangan dirinya, justru ia tidak akan mengatasi akar masalahnya.
"Jadi kaya cuma menutupi insecurity itu dengan pamer. Lama-lama mungkin orang di sekitar jadi tidak suka dengan dia," ujarnya.