Karena tekanan itulah, akhirnya Ida mencoba bertahan menjadi istri dari seorang wanita. Di sisi lain, suaminya itu mengaku akan memberikan kehidupan yang layak kepadanya.
Tiga bulan setelah bulan madu itu, Nardinata membelikannya rumah di bilangan Pakuwon City Surabaya. Beberapa bulan kemudian, Ida membuka toko spare part mobil mewah dengan modal dari suaminya.
Baca Juga:
Tersangka yang Curi Motor Demi Persalinan Istri Dibebaskan Kejari Bogor
Namun, hanya berjalan beberapa bulan, Ida tiba-tiba dilabrak oleh seorang perempuan berinisial EM. Rumahnya didatangi. EM memaksa mengambil pakaian milik Nardinata, serta merebut sebuah mobil.
Belakangan diketahui, EM ini adalah teman dekat dari Nardinata. Sejak saat itu, keduanya sering bertengkar. Suaminya juga kerap kali melakukan kekerasan kepadanya.
Keluarga konglomerat kebal hukum
Baca Juga:
Keadilan untuk Masyarakat Adat Sihaporas: Menolak Kriminalisasi dan Menghormati Budaya
Ida juga pernah diancam agar tak melaporkan kekerasan yang ia alami ke polisi. Nardinata sesumbar, bahwa dirinya adalah orang yang kebal hukum karena berasal dari keluarga konglomerat.
"Aku enggak kuat. Aku mau laporan, terus dia bilang kalau aku enggak bisa melaporkan dia karena dia anak orang kaya," ucap Ida.
Kekerasan itu terus ia alami dari Nardinata. Bukan hanya fisik, tapi juga kekerasan seksual. Hingga pada akhirnya, karena sudah tak sanggup lagi menahan, Ida pun melaporkan suaminya itu ke Polda Jatim pada 2002, dengan dugaan penipuan, pemalsuan identitas dan penganiayaan.