Eksperimen lain yang menuju ke ISS adalah ultrasound
portabel, operasi jarak jauh lengan robot menggunakan realitas virtual,
menganalisis bagaimana batu ginjal terbentuk di luar angkasa, hingga
mempelajari mikrobioma oral (yang ada di mulut manusia).
Tardigrada dikenal karena kemampuannya untuk bertahan hidup
dan bahkan berkembang di lingkungan yang paling ekstrem.
Baca Juga:
Bumi Deteksi Sinyal Misterius dari Jarak 16.000 Tahun Cahaya, Siapa Pelakunya?
"Tardigrades adalah sekelompok hewan mikroskopis yang
terkenal karena kemampuannya untuk bertahan dari sejumlah tekanan
ekstrim," kata Thomas Boothby, asisten profesor biologi molekuler di
University of Wyoming.
Para ilmuwan juga telah mampu mengurutkan genom tardigrade,
sehingga mereka benar-benar dapat mengukur bagaimana hewan mikroskopis ini
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang berbeda berdasarkan ekspresi gen
mereka.
Tardigrades akan tiba di stasiun dalam keadaan mati beku,
kemudian dicairkan, dihidupkan kembali, dan ditanam dalam sistem biokultur
khusus.
Baca Juga:
NASA Meluncurkan Satelit PACE untuk Studi Kesehatan Laut dan Iklim
Sedangkan cumi-cumi bobtail merupakan bagian dari eksperimen
Understanding Microgravity on Animal Microbe Interactions. Peneliti sangat
ingin melihat bagaimana mikroba menguntungkan yang sehat berkomunikasi dengan
jaringan hewan di luar angkasa.
Cumi-cumi bobtail, yang panjangnya hanya sekitar tiga milimeter,
menjadi model yang tepat untuk mempelajarinya. Cumi-cumi juga memiliki sistem
kekebalan yang sangat mirip dengan jenis yang dimiliki manusia.
"Hewan, termasuk manusia, bergantung pada mikroba kita
untuk menjaga kesehatan pencernaan dan sistem kekebalan," kata Jamie
Foster, peneliti utama dari Departemen Mikrobiologi dan Ilmu Sel di University
of Florida. [qnt]