"Saya belum konfirmasikan nih (informasi tersebut). Ini
kita masih fokus ke pasokan oksigen yang mengalami keterlambatan pasokannya.
Doakan supaya pasokan segera dapat terlaksana," kata Rukmono, Sabtu (3/7)
malam.
Dalam wawancara sebelumnya, Rukmono menyebut kasus kematian
pasien corona di RSUP Dr Sardjito cukup tinggi. Namun ia menegaskan kematian
pasien corona bukan karena oksigen, melainkan kondisi keparahan pasien.
Baca Juga:
IDI Ingatkan Masyarakat Agar Tidak Abaikan Risiko Penularan COVID-19
"Oh ndak, meninggal bukan karena oksigennya, yang
meninggal karena berat-berat pasiennya. Dan memang kita fokuskan di Sardjito
memang kasus yang berat. Memang tingkat kematiannya memang tinggi," kata
Rukmono.
Sedangkan Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito
Banu Hermawan mengakui hari ini ada pasien corona yang meninggal tetapi
disebabkan kondisi klinis.
"Kalau yang sebelum Isya, itu memang (ada yang
meninggal karena) kondisi klinis. Tapi ini yang setelah Isya ini, saya belum
bisa mendata lagi. Kita tidak bisa menggeneralisasi bahwa mereka meninggal
karena (kekurangan) oksigen," kata Banu.
Baca Juga:
Varian Covid-19 Terbaru, WHO Peringatkan Potensi Bahaya Arcturus
Dari data pihak rumah sakit, ada 277 pasien corona yang
dirawat di RSUP Dr Sardjito. Sementara jumlah tempat tidur untuk pasien corona
berjumlah 328. Rinciannya, 84,88 persen BOR ruang isolasi corona dan 88,89
persen BOR ruang ICU corona.
Diberitakan sebelumnya, Rukmono membenarkan persediaan
oksigen menipis. Akan tetapi, menurutnya pasokan oksigen segera datang dari
Kendal, Jawa Tengah dan Gresik, Jawa Timur.
"Bukan kehabisan ini lagi nunggu aja. Nunggu pasokan
tapi tidak habis," kata Rukmono.