Karena pihak RS minta agar jenazah untuk segera dipindahkan,
Martin menyanggupi tawaran kremasi yang di Karawang. Namun, saat itu petugas
menyatakan sudah penuh dan akhirnya menyanggupi yang di Cirebon.
"Besok paginya (13 Juli 2021) pukul 09.30 WIB kami
sudah tiba di krematorium di Cirebon. Mobil Jenazah ibu sudah tiba sejak pukul
07.00 WIB, kami memeriksanya memastikan kebenaran peti jenazah mertua yang
dibawa. Ternyata di dalam mobil jenazah tersebut ada peti jenazah lain, rupanya
satu mobil sekaligus angkut dua jenazah," ucap dia.
Baca Juga:
Menuju Kota Global: Pramono Targetkan Jakarta Masuk 50 Besar Dunia Jelang Usia ke-500
Martin pun sempat mengobrol dengan pengurus kremasi di
lokasi dan disebutkan tarifnya hanya Rp 2,5 juta. Sedangkan karena berdasarkan
protokol kesehatan ada penambahan biaya lainnya.
"Sehingga diperlukan APD, penyemprotan dll sehingga ada
biaya tambahan beberapa ratus ribu rupiah," ujarnya.
Saat ini, Martin tengah fokus untuk mengupayakan bersama
sejumlah pihak untuk mendiskusikan teknis pembangunan krematorium dalam waktu dekat.
Rencananya krematorium tersebut berkapasitas besar untuk warga tidak mampu.
Baca Juga:
Kuak Skandal Lahan Rp 668 Miliar, Ahok Kembali Diperiksa Bareskrim
"Serta lobby ke Pemda agar jenazah diberikan hotel
(penginapan) khusus untuk bermalam saat dalam antrean masuk kremasi,"
jelas Martin.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota
(Distamhut) DKI Jakarta Suzi Marsitawati meminta agar Yayasan Kremasi dapat
bersurat ke RS terkait penjadwalan kremasi beserta tarifnya. Kata dia, hal itu
guna mencegah adanya calo dan adanya penambahan korban.
"Sehingga, tidak terjadi tawar-menawar di lapangan oleh
pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab/oknum yang merugikan masyarakat,"
ucapnya.