Sesama pedagang, menurut dia, saling mengingatkan untuk bersama-sama menjaga kebersihan. Mereka juga rutin mendapat pembinaan dari pengelola candi.
Masalahnya, menurut dia, banyak pengunjung kurang memahami kebersihan. Tak sedikit wisatawan yang mengaku terpaksa membuang sampah seenaknya karena tak menemukan tempat sampah.
Baca Juga:
Harga Sawit di Jambi Naik Pekan Ini
Ahok punya pendapat berbeda. Sampah menjadi masalah dilematis sejak lama. Berdasarkan regulasinya, pengelolaan Kompleks Percandian Muaro Jambi ditangani oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi, di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Secara formal BPCB menamakannya Situs Kawasan Percandian Muaro Jambi.
Hanya saja, yang bertugas mengurusi sampah di sana adalah Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Muaro Jambi. Sedangkan tiket masuk ke Kompleks Percandian Muaro Jambi dilakukan Dinas Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga pemerintah daerah setempat.
"Instansi-instansi itu tidak solid dan koordinatif sehingga manajemen pengunjung tidak berjalan mulus," kata Ahok.
Baca Juga:
Walikota Jambi Terpilih Jadi Presidium Nasional Perhimpunan Dokter Umum Indonesia
Seharusnya menjelang libur lebaran, menurut dia, pemerintah mengantisipasi lonjakan pengunjung ditambah masih "suburnya" kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarangan.
"Karena antisipasinya jelek, volume sampah sangat banyak dan berserakan di mana-mana."
Buruknya koordinasi tersebut membuat tempat-tempat sampah di Kompleks Percandian Muaro Jambi percuma. Agak berkelakar, Ahok mengatakan, beribu kali pun tersedia tong sampah, tetap mubazir karena sampah-sampahnya tidak dibawa keluar oleh dinas berwenang.