"Ini ada dua kejadian, jadi pertama memang dia artesis
karena dia air tanah yang di dalam tadi itu bertekanan tinggi. Apakah daerahnya
yang datar, atau di daerah pegunungan? Biasanya kalau dekat gunung, air
masuknya dari gunung tadi kan bertekanan. Jadi kalau dicoblos di datarannya
akan nyemprot ke atas, itu namanya (Sumur) artesis," papar Amien.
"Tapi artesis yang kedua, dia bisa naik karena didorong
oleh gas. Kan airnya bau belerang," imbuhnya.
Baca Juga:
Komponen Penting Baterai Kendaraan Listrik, Harta Karun Langka RI Incaran Asing
Tak hanya itu, Amien mengatakan air formasi ini tak hanya
mengandung sejumlah gas, tapi ada yang mengandung garam, yang menjadikan
rasanya asin. Jika air formasi ini berada di lapisan dangkal, Amien menambahkan
semburan tak akan berlangsung lama karena gasnya akan lebih cepat habis. Hal
ini juga berlaku sebaliknya.
"Kalau itu nanti misalnya dia hanya di posisi formasi
atau lapisan yang dangkal, mungkin hanya nggak sampai seminggu sudah habis dia,
karena gasnya habis. Tapi kalau itu ada di daerah formasi atau lapisan yang
lebih dalam. Maka dia bisa lama sekali," imbuh Amien.
Di kesempatan ini, Amien menyebut fenomena semburan ini
merupakan hal yang biasa. "Itu biasa, di daerah Jatim itu biasa karena
Jatim daerah cekungan minyak dan gas bumi yang sangat luas daerahnya sampai
Bojonegoro," pungkas Amien. [rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.