Tiba saatnya berangkat sebagaimana yang dijanjikan, Widodo dan adiknya berpamitan kepada keluarga, kerabat dekat, dan tetangganya akan pergi ke Australia menjadi TKI. Keduanya kemudian berangkat dari Ponorogo ke rumah sang penyalur, di Jombang.
Namun, rencana keberangkatan seperti janji awal tak terlaksana. Alasan yang disampaikan sang penyalur, ujar Widodo, biaya untuk keberangkatan rombongan calon TKI ke Australia waktu itu masih kurang.
Baca Juga:
BPBD Ponorogo Pasang Alat Pendeteksi Longsor di Wilayah Rawan Pergeseran Tanah
“Alasan yang pertama karena dana masih kurang, karena katanya yang mau berangkat waktu itu bukan hanya saya dan adik saya. Ada orang lain lagi, tapi saya tidak tahu tepatnya berapa orang,” ungkap Widodo.
“Terus (alasan) yang kedua, karena seragam belum jadi. Waktu itu kan rombongan, maunya dibuatkan seragam dulu. Terus (alasan ketiga), koper yang masih kurang,” lanjut dia.
Gagal berangkat untuk pertama kali sebagaimana janji penyalur, Widodo dan adiknya masih bisa memaklumi. Namun, kegagalan berangkat sebagai TKI ke luar negeri terjadi hingga empat kali.
Baca Juga:
Kakanwil BPN Jatim Lampri, Didaulat Duduk Diatas Kepala Reok
Setelah empat kali gagal berangkat dan merasa menjadi korban penipuan, Widodo dan adiknya kemudian memilih untuk tidak melanjutkan proses keberangkatan sebagai TKI.
“Dalam waktu dua bulan itu ada empat kali enggak jadi berangkat. Terakhir bulan Agustus kalau enggak salah. Waktu Agustus itu (karena kembali gagal), saya sudah tidak percaya lagi. Sudah yakin kalau ini tidak beres,” kata Widodo.
Widodo yang curiga dengan situasi yang dialami olehnya, sempat mengecek dokumen terkait dirinya sebagai calon TKI, terutama tiket dan visa.