"Di mana harga sekarang LPG 1 ton, US$ 850 dan rakyat mendapatkan hanya 5300/kg. Sedangkan per satu juta ton negara subsidi Rp 12,6 triliun, lalu kali 5,5 hampir Rp 60-70 triliun," imbuh Bahlil.
Seperti diketahui, Bahlil memang pernah menyampaikan bahwa mulai Januari 2022 pemerintah berencana melakukan hilirisasi industri perubahan penggunaan LPG yang saat ini digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, menjadi DME.
Baca Juga:
BUMN Dipangkas Besar-besaran, Danantara Siap Gabungkan 888 Perusahaan Jadi Hanya 200
Rencana tersebut akan dilakukan oleh Air Products and Chemicals dengan Pertamina dan beberapa perusahaan lainnya.
"Sudah akan jalan 2022 Januari itu Pertamina dengan PTBA (PT Bukit Asam) dan Air Products dengan pengusaha nasional membangun DME. Air Products melakukan investasi dengan beberapa perusahaan BUMN kita dan swasta nasional untuk melakukan hilirisasi dalam rangka bagaimana mendapatkan pengganti LPG dari batu bara, yaitu DME," kata Bahlil Jumat (12/11).
Proyek DME disebut akan menekan angka impor LPG. Bahlil mencatat, untuk impor LPG per tahunnya mencapai 5,5 sampai 6 juta.
Baca Juga:
PLN Catat Kinerja Cemerlang, RUPS Hari Ini Laporkan Pendapatan Rp545 Triliun
"Ini cadangan devisa kita keluar kalau kita begini terus. Itu tidak kurang dari Rp 55-70 triliun. Maka kita akan perlahan-perlahan mengurangi impor LPG kita dan kita gantikan dengan DME," jelasnya. [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.