2. Stoqo
Baca Juga:
Ajak 15 Startup ke Singapura, Menkop UKM Sebut Startup Lokal Siap Go Global
Startup ini berjalan dengan konsep business-to-business (B2B) dan memasok bahan makanan segar, seperti cabai, telur hingga ampas kopi ke gerai makanan atau restoran. Pada 22 April 2020, Stogo yang menjual sembako secara online ini menutup layanannya.
Pandemi menghantam keberlanjutan bisnis ini. "Dengan berat hati, kami mengumumkan bahwa STOQO telah berhenti beroperasi," tulis perusahaan dalam website-nya.
Stoqo dilaporkan memiliki 250 pegawai. Berbagai investor juga telah mendanai perusahaan termasuk Alpha JWC Ventures, Mitra Accel, Insignia Ventures Partners dan Monk's Hill Ventures.
Baca Juga:
Inovasi Tanpa Batas: Kiprah Feby M Faisal di Dunia Startup
3. Qlapa
Tak hanya alasan pandemi, ketidakmampuan dalam bersaing dengan kompetitor lain juga menjadi penyebab startup gulung tikar. Hal ini dialami oleh startup Qlapa. Didirikan tahun 2015, startup ini hanya mampu bertahan 4 tahun karena tidak dapat bersaing dengan e-commerce lain, seperti Tokopedia dan Bukalapak.
"Hampir 4 tahun yang lalu, kami memulai Qlapa dengan misi memberdayakan perajin lokal. Banyak pasang surut yang kami alami dalam perjalanan yang luar biasa ini. Kami sangat berterima kasih atas semua tanggapan positif dari para penjual, pelanggan, dan media. Dukungan yang kami terima sangat luar biasa dan membesarkan hati," tulis manajemen Qlapa merilis pernyataan di situs resminya.