WahanaNews.co, Jakarta -
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memperkuat ketahanan dan daya saing industri nasional melalui percepatan transformasi digital. Sejak diluncurkannya inisiatif Making Indonesia 4.0 pada 2018, pemerintah mendorong sektor industri untuk mengadopsi teknologi mutakhir guna meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan daya saing global.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan bahwa kolaborasi lintas sektor merupakan kunci keberhasilan transformasi industri 4.0. “Keberhasilan implementasi industri 4.0 tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga kesiapan sumber daya manusia serta kematangan proses bisnis,” ujar Menperin dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (15/11).
Baca Juga:
Kemenperin Siapkan Usulan Insentif di Tahun 2026 Guna Perkuat Industri Otomotif Nasional
Untuk mendukung percepatan industrial digitalization, Kemenperin mengembangkan Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) sebagai standar pengukuran kesiapan digital industri, serta membangun Pusat Industri Digital Indonesia (PIDI 4.0) di bawah naungan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) sebagai pusat solusi satu pintu transformasi industri.
Salah satu bentuk akselerasi ini adalah kerja sama PIDI 4.0 dengan perusahaan global seperti Ericsson (Swedia), Qualcomm (Amerika Serikat), serta Kementerian Komunikasi dan Digital, melalui penyelenggaraan Hackathon 2025 bertema “Indonesia’s NextGen Digital Sprint with 5G and AI.”
Setelah sukses pada 2024, kompetisi kolaboratif ini kembali digelar dengan jangkauan lebih luas, melibatkan talenta muda, startup, dan pengembang untuk menciptakan prototipe berbasis teknologi 5G dan Artificial Intelligence (AI). Rangkaian kegiatan yang dimulai pada 18 September 2025 ini mencapai babak final pada 12–13 November 2025.
Baca Juga:
Menperin: Konsep Mobnas Siap, Produksi Ditargetkan Mulai 2027
Kepala BPSDMI Doddy Rahadi menekankan, Indonesia membutuhkan SDM yang tidak sekadar mampu menggunakan teknologi, tetapi juga menciptakannya. “Hackathon ini sejalan dengan arah pembangunan industri nasional dalam Making Indonesia 4.0 serta visi Indonesia menjadi 10 besar ekonomi dunia tahun 2030. Kuncinya adalah transformasi teknologi, penguatan inovasi, dan digitalisasi manufaktur,” tegasnya.
Kepala Pusdiklat SDM Industri Sidik Herman menambahkan, industri kini semakin optimistis terhadap perbaikan proses bisnis dan peluang inovasi digital. “Hackathon bukan hanya kompetisi, tetapi laboratorium inovasi yang mempertemukan kreativitas, teknologi, dan tantangan nyata industri. Fokus kita pada AI generatif, 5G, IoT, robotics, dan edge computing memberi ruang bagi talenta Indonesia untuk menjawab pain points industri,” jelasnya.
Tahun ini, tantangan yang diangkat berasal dari sektor otomotif, alat kesehatan, serta makanan dan minuman. Dengan demikian, solusi yang dikembangkan tidak hanya inovatif, tetapi juga relevan dan dapat diterapkan langsung dalam proses industri.
Direktur Ericsson Indonesia Ronni Nurmal juga menegaskan pentingnya adopsi teknologi baru di sektor manufaktur. “Kami berharap banyak inovasi lahir dari pemanfaatan 5G dan AI untuk menjawab kebutuhan industri. Pemanfaatan AI kini berkembang pesat dan berpotensi besar meningkatkan kinerja manufaktur,” ujarnya.
Demikian dilansir dari laman kemenperingoid, Rabu (19/11).
[Redaktur: JP Sianturi]