WahanaNews.co | Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto mengapresiasi langkah Pertamina dan pemerintah yang mempertahankan harga jual pertalite sehingga menjadi yang termurah dibandingkan dengan produk BBM sejenis dari badan usaha lain.
Langkah itu diambil kendati harga minyak dunia terus naik dampak dari invasi Rusia ke Ukraina.
Baca Juga:
Tim Resmob Polda Sulut Ungkap Penimbunan Solar Subsidi di Minahasa
"Kita harus menjaga harga pertalite ini stabil karena mayoritas pengguna kendaraan adalah BBM jenis ini," ujar Mulyanto, dilansir dari Antara, Selasa, 8 Maret 2022.
Saat ini, harga jual pertalite Rp 7.650 hingga Rp 8.000 per liter (berdasarkan lokasi). Harga jual pertalite jauh lebih murah daripada harga BBM Research Octane Number (RON) 90 lainnya. Harga BP 90 yang dijual di SPBU BP-AKR sebesar Rp 11.990 per liter. Pertalite juga lebih terjangkau harganya ketimbang Revvo 90, produk BBM yang dijual Vivo, yaitu Rp 8.900 per liter.
Menurut Mulyanto, jika harga pertalite naik dapat mendorong kenaikan harga barang-barang yang lain, memicu inflasi, dan membuat daya beli masyarakat yang sudah lemah karena pandemi akan semakin lemah.
"Penerimaan dari ekspor batu bara, CPO, tembaga, nikel dan lain-lain, semoga cukup untuk menahan kenaikan dari impor BBM tersebut,” ujarnya.
Baca Juga:
Kebakaran SPBU Subulussalam, Diduga Akibat Korsleting pada Mobil saat Pengisian BBM
Mulyanto mendukung bila pemasaran pertalite diperluas dan menjangkau seluruh kawasan di Tanah Air. Apalagi, Pertamina memiliki SPBU lebih dari 6.000 unit.
Sebelumnya, Deputi III Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Montty Girianna, dalam diskusi virtual menyebutkan harga pertalite dalam waktu lima hingga enam bulan tidak akan naik kendati harga jual pertalite saat ini lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai keekonomiannya.
Kebijakan menahan harga jual pertalite merupakan bentuk kepedulian pemerintah dan Pertamina dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang masih tertekan akibat kenaikan harga-harga dan kelangkaan beberapa komoditas kebutuhan pokok.