Agung menyatakan bahwa WIKA saat ini memerlukan dukungan dari dua aspek, yakni non-finansial dan finansial. Dukungan ini dibutuhkan perseroan melakukan tiga pilar transformasi yang akan ditempuh pada 2026.
Tiga pilar itu mencakup restrukturisasi utang, proses divestasi, dan upaya pemilihan kontrak dengan margin serta termin pembayaran yang berkelanjutan.
Baca Juga:
Dukung Pertumbuhan Ekonomi Subang Jabar, WIKA Kebut Proyek Tol Akses Patimban
“Untuk non-finansial, terkait persetujuan restrukturisasi kemudian bagaimana konsolidasi dan sinergi usaha baik dengan antar-BUMN maupun dengan Danantara. Kemudian dukungan finansial tentu kami harus ada dukungan kreditur dalam memberikan fasilitas jaminan proses konstruksi,” ucap Agung.
Rencana integrasi BUMN Karya awalnya dicanangkan oleh Kementerian BUMN, dengan opsi penggabungan Waskita ke dalam PT Hutama Karya (Persero). Namun, Direktur Utama PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT), Muhammad Hanugroho atau akrab disapa Oho menyebut proses konsolidasi kali ini akan dikaji ulang bersama PT Danantara Asset Management (Persero), holding operasional Danantara Indonesia, serta melibatkan konsultan independen.
“Memang sempat ada wacana integrasi Waskita kepada Hutama Karya. Namun, kami bersama Danantara akan melakukan kajian kembali untuk menentukan skema terbaik dari proses konsolidasi ini,” katanya.
Baca Juga:
PT DKI Tambah Hukuman Komisaris Independen WIKA Jadi 9 Tahun Penjara
Adapun hasil akhir konsolidasi belum bersifat final karena skema dan komposisi penggabungan akan ditentukan setelah kajian selesai. Meski begitu, proses integrasi diyakini tetap menjadi langkah strategis untuk memperkuat posisi BUMN Karya di sektor konstruksi nasional.
Chief Operating Officer Danantara, Dony Oskaria, menyatakan bahwa konsolidasi dilakukan untuk memastikan BUMN tetap sehat, memiliki daya saing, dan mampu memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat. Salah satu fokus jangka pendek adalah pembentukan holding BUMN Karya.
Berdasarkan proposal awal yang tengah disusun, kemungkinan ada tiga entitas konstruksi besar yang dinilai sehat secara keuangan dan operasional.