Dalam ekosistemnya, CFX beroperasi bersama Kliring Komoditi Indonesia (KKI) sebagai lembaga kliring dan Kustodian Koin Indonesia (ICC) yang bertindak sebagai lembaga kustodian.
Menurut CEO CFX Jeth Soetoyo, kolaborasi tiga lembaga ini dirancang untuk mencegah celah penipuan dan menjaga standar transparansi serta tata kelola pasar aset digital yang lebih baik.
Baca Juga:
Kewenangan Aset Kripto Beralih ke OJK, Bappebti Fokus pada Pengembangan PBK Berbasis Komoditas Unggulan
Ia menilai struktur pasar tiga pilar ala Indonesia ini bahkan bisa menjadi rujukan bagi negara lain yang hendak membangun sistem perdagangan kripto yang dapat dipercaya.
Pada laporan September 2025, CFX mengklaim nilai transaksi derivatif kripto mencapai Rp73,8 triliun dan menunjukkan lonjakan signifikan sejak Maret 2025 yang mencatat Rp67,9 triliun.
Direktur Utama CFX Subani menyebut transaksi derivatif tumbuh lebih dari sepuluh kali lipat dibanding periode September 2024 hingga Februari 2025.
Baca Juga:
Putra Menkeu Baru Picu Kontroversi Sebut Sri Mulyani Agen CIA, Profil Lengkap Yudo Sadewa
Berdasarkan data internal CFX, produk derivatif kripto telah menyumbang sekitar 22 persen dari total transaksi kripto nasional sepanjang Januari hingga Agustus 2025.
Sosok pengusaha yang dikaitkan dengan bursa baru ini, Haji Isam, dikenal luas sebagai figur bisnis asal Batulicin, Kalimantan Selatan, dengan jaringan usaha yang membentang dari energi hingga gaya hidup.
Ia adalah pemilik saham dan komisaris di berbagai entitas dalam lingkup Jhonlin Group termasuk PT Jhonlin Agro Raya Tbk (JARR) yang bergerak di sektor agroindustri.