“Kaget, terima kasih banyak dikasih bantuan pemerintah. Semoga bisa lebih irit,” ungkapnya.
I Ketut Sukra, warga lain yang berprofesi sebagai pedagang asongan mengaku senang setelah mencoba kompor induksi selama tiga bulan.
Baca Juga:
Jelajah BUMN 2022: Sertifikat REC PLN Peta Jalan Menuju Net Zero Emission
Semenjak menggunakan kompor induksi ia mengaku tak pernah lagi memberi LPG.
“Biasanya sebulan dua tabung. Beli satu tabung, Rp 19 ribu kalau di sini. Belinya di warung, jadi Rp 38 ribu sebulan. Biaya listrik buat masak lebih kecil dari Rp 38 ribu. Kompor LPG sudah tidak dipakai lagi,” jelasnya.
PLN sendiri sejak Maret tahun ini telah mulai gencar melakukan sosialisasi konversi kompor induksi di berbagai daerah.
Baca Juga:
PLN Sukses Tingkatkan Potensi Wisata Tebing Appalarang Lewat TJSL Berkelanjutan
Di Bali secara khusus ada 10 desa yang menjadi proyek percontohan, di antaranya Desa Renon, Desa Panjer, Desa Sesetan, Desa Pedungan, Desa Pemogan, Desa Serangan, Desa Sidakarya, Desa Sanur Kauh, Desa Sanur, dan Desa Sanur Kaja.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan program konversi kompor ini dilakukan PLN sebagai upaya meningkatkan ketahanan energi nasional dan mengurangi beban negara atas impor LPG yang tiap tahun naik.
"Melalui konversi kompor ini langsung bisa menyelesaikan tiga persoalan sekaligus. Mengurangi ketergantungan impor LPG dengan energi berbasis domestik, yaitu listrik dan juga mengurangi beban APBN yang selama ini untuk mensubsidi LPG ini," ujar Darmawan.