WahanaNews.co | Berdasarkan Data Kementerian Kelautan dan Perikanan, garis pantai Indonesia membentang sepanjang 95.181 km atau terpanjang kedua di dunia.
Meski punya garis pantai yang panjang, nyatanya Indonesia masih mengimpor garam untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Lalu, apa yang menjadi masalah?
Baca Juga:
Sederet Manfaat Mandi Air Garam, Salah Satunya Redakan Nyeri Otot
Ketua Umum Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI) Tony Tanduk menjelaskan tiga masalah yang menyebabkan Indonesia masih melakukan impor garam.
"Pertama, luas lahan kecil-kecil. Hamparan lahan minimum seribu hektar, tapi lahan kita kan rata-rata 2 hektare," katanya di gedung Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jumat (5/8/2022).
Kapasitas lahan yang kurang membuat petani sulit memenuhi kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan. Selain itu, biaya produksinya juga tergolong tinggi.
Baca Juga:
5 Tanda Tubuh Kelebihan Konsumsi Garam, Salah Satunya Susah Tidur
Masalah kedua adalah minimnya penggunaan teknologi di kalangan petani garam. Petani garam Indonesia masih mengandalkan cangkul dalam memproduksi garam.
Ketiga, sektor transportasi juga menghambat proses produksi garam lokal. Tony menyebut biaya transportasi untuk garam tergolong tinggi, bahkan bisa seharga dengan produk garam itu sendiri.
"Ketiga, transportasi ke gudang, ke pasar, itu yang perlu didukung pemerintah. India kan truk sudah masuk ke ladang garam," katanya memberikan contoh.