WAHANANEWS.CO - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memastikan bahwa sejumlah perusahaan pelat merah masih berada dalam kondisi keuangan yang cukup kuat, bahkan jika nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah hingga mencapai Rp20 ribu per dolar.
Pernyataan ini ia sampaikan dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR RI di Jakarta Pusat pada Selasa (20/5). Erick mengacu pada hasil uji ketahanan keuangan (stress test) internal yang dilakukan terhadap beberapa perusahaan BUMN besar.
Baca Juga:
Rupiah Melemah ke Rp16.536 per Dolar AS, Peso Filipina Satu-satunya yang Menguat
"Insyaallah sampai fluktuasi dolar Rp20 ribu, kita insyaallah masih kuat. Ya, kita enggak mau Rp20 ribu, cuman kalau sampai dengan kinerja yang terjadi hari ini—revenue, balance trade, lalu juga profitabilitas—semua kita lihat masih... Ya, tentu yang sehat Rp16 ribu gitu, yang Rp20 ribu yang sesak napas," kata Erick.
Stress test tersebut dilakukan terhadap 10 perusahaan dalam ekosistem BUMN, termasuk Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), Telkom Indonesia, MIND ID, dan Pertamina.
Hasilnya, menurut Erick, menunjukkan kondisi yang masih stabil secara keseluruhan.
Baca Juga:
Erick Thohir Sebut Pembelian Dollar Dilakukan Secara Optimal, Terukur dan Sesuai Kebutuhan
"Jadi untuk tes stresnya kita sudah jalankan. Dari 10 perusahaan yang kita deteksi so far masih baik. Yaitu Himbara, lalu Telkom, MIND ID, Pertamina, semua dalam kondisi hasil tes stresnya baik," jelasnya.
Meski demikian, Erick menyampaikan bahwa beberapa data terkait produk-produk asal AS yang berperan dalam ekosistem BUMN masih dalam proses evaluasi internal, sehingga belum bisa disampaikan secara terbuka. Data ini nantinya akan diberikan secara tertutup kepada pimpinan Komisi VI DPR untuk keperluan pembahasan lanjutan.
Terkait isu potensi pemberlakuan tarif timbal balik (resiprokal) dari Pemerintah AS di bawah Presiden Donald Trump, Erick menjelaskan bahwa kebijakan tersebut belum berlaku saat ini. Namun, apabila diterapkan, dampaknya diperkirakan tidak akan terlalu signifikan berdasarkan simulasi yang telah dilakukan.