WahanaNews.co | Survei Polling Institute merilis kenaikan tarif ojek online (ojol) akibat kenaikan harga BBM membuat 26,6 pelanggan berpindah menggunakan sepeda motor pribadi.
Namun demikian, 29,1 persen lainnya akan tetap menggunakan ojol sebagaimana biasanya. Hasil ini merupakan yang tertinggi dalam survei Polling Institute.
Baca Juga:
Buntut Panjang Perselisihan Poltracking dan Persepi: Data Survei hingga Target Sanksi
"Opsi untuk tetap menggunakan ojol tertinggi, yakni 29,1 persen. Ini menunjukkan bahwa betapa bergantungnya masyarakat urban dengan transportasi ojek online," ujar Direktur Eksekutif Polling Insitute Kennedy Muslim, mengutip Antara, Minggu (11/9).
Di urutan ketiga, survei menyebut pelanggan yang mengkombinasikan ojol dengan sepeda motor sendiri sebanyak 14 persen. Kemudian diikuti oleh mereka yang beralih ke angkutan umum atau sepeda motor sendiri 5,3 persen, dan menggunakan angkutan umum 5,3 persen.
"Memang, kita melihat mereka yang beralih ke angkutan umum masih sangat kecil, rata-rata di bawah 6 persen," katanya.
Baca Juga:
Edy-Hasan Kandas di Survei, PDIP Banyak Pilih Paslon Bobby-Surya
Persoalannya, Kennedy menuturkan kenaikan tarif ojol juga mengancam mitra transportasi daring. Misal, dengan kenaikan tarif ojol Rp 2.000 per perjalanan, sekitar 25 persen penggunanya mundur dan beralih ke moda transportasi lain.
Lalu, bila kenaikan tarif ojol mencapai Rp 4.000 per perjalanan, maka kemungkinan sekitar 72 persen pengguna tidak akan menggunakan ojek online.
Karenanya, ia mengingatkan konsekuensi logis dampak kenaikan tarif mendapatkan respons yang bertolak belakangan oleh mitra pengemudi.