Di sisi lain, mereka yang menentang lebih berargumen dengan kekhawatiran akan dampak dari spekulasi jika pelunasan dilakukan lebih cepat dari tenggat waktu yang ditentukan (arsip detik.com, 3 Mei 2006).
Pada akhirnya, perdebatan tersebut berakhir ketika Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia benar-benar melunasi seluruh pinjaman beserta bunga pada akhir tahun 2006, lebih cepat dari tenggat waktu yang ditetapkan pada tahun 2010.
Baca Juga:
China Serukan Reformasi Kuota IMF
Sebagai gambaran, krisis keuangan Asia pada tahun 1997-1998 telah memberikan dampak yang signifikan bagi perekonomian Indonesia. Kenaikan harga kebutuhan pokok yang disertai dengan tingkat inflasi yang tinggi membuat Indonesia berada dalam situasi yang sulit.
Mengutip CNBC Indonesia, dalam tekanan yang kuat dari Amerika Serikat, Indonesia akhirnya terpaksa bergantung pada IMF. Menurut Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern (2009), Indonesia setuju untuk menerima bantuan dana sebesar 43 miliar dolar AS.
Bantuan dana tersebut terus berlangsung sejak tahun 1998. Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh tim riset CNBC Indonesia, Indonesia terus menerima pinjaman secara bertahap.
Baca Juga:
Uni Emirat Arab Keluar dari 'Daftar Abu-abu' FATF Setelah Reformasi Sukses
Pada tanggal 25 Agustus 1998, IMF menyetujui pinjaman dalam bentuk Extended Fund Facility (EFF) sebesar 5,38 miliar Special Drawing Rights (SDR), tetapi yang dicairkan hanya sebesar 3,8 miliar SDR. Bahkan setelah krisis berakhir, IMF terus memberikan dana kepada Indonesia.
Pemberian bantuan tersebut bertujuan untuk membantu pemulihan ekonomi nasional. Namun, kita semua tahu bahwa seluruh bantuan tersebut gagal total.
Menurut catatan ekonom Agus Widarjono dalam bukunya yang berjudul Evaluasi Kritis Kinerja IMF dalam Krisis Asia (2003), akibat bantuan dari IMF, Indonesia malah mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar -13,3%, kredit macet mencapai 48,6%, dan nilai investasi menurun hingga -33%.