Namun, perjuangannya tidak mudah. Ortiz harus menghabiskan empat hingga lima jam setiap malam untuk mengerjakan tugas, sering kali hanya tidur empat jam sebelum kembali ke sekolah.
Kasus gugatan ini muncul di tengah rencana Presiden AS Donald Trump untuk menutup Departemen Pendidikan dan mengalihkan pendanaan langsung ke pemerintah negara bagian.
Baca Juga:
Tingkatkan Kualiatas Pendidikan, PTAR Kucurkan Rp1,45 Miliar untuk Pembangunan Infrastruktur Sekolah
Turner menentang kebijakan ini, mempertanyakan bagaimana siswa berkebutuhan khusus akan mendapatkan perlindungan tanpa regulasi federal.
Ortiz menegaskan bahwa gugatan ini bukan hanya tentang dirinya, tetapi juga tentang akuntabilitas sistem pendidikan.
"Saya ingin mereka bertanggung jawab atas apa yang telah saya alami. Saya berhak belajar seperti anak-anak lainnya," katanya tegas.
Baca Juga:
NU Haramkan Hukuman Kekerasan di Lembaga Pendidikan
Kasus ini menjadi peringatan bagi sistem pendidikan AS bahwa masih banyak siswa yang terabaikan, dan reformasi pendidikan menjadi semakin mendesak.
[Redaktur: Rinrin Kaltarina]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.