Adapun kelompok Hamas melancarkan serangan mendadak ke Israel pada Sabtu, menewaskan ratusan warga Israel dan menyandera puluhan orang. Serangan tersebut menyebabkan Israel menyatakan perang, dan kekerasan yang meningkat mengancam akan memulai perang besar baru di Timur Tengah.
Pejabat senior AS tersebut membandingkan serangan Hamas dengan "kebiadaban setingkat ISIS," sebuah karakterisasi yang serupa dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang juga mengatakan pada hari Senin bahwa serangan Hamas mencerminkan serangan yang dilakukan oleh kelompok ISIS.
Baca Juga:
Detik-detik Mencekam! Remaja 17 Tahun Saksikan Langsung Tabrakan Pesawat di Washington DC
Presiden AS Joe Biden mengatakan setidaknya 11 warga negara Amerika termasuk di antara mereka yang terbunuh di Israel dan menambahkan warga AS kemungkinan besar termasuk di antara para sandera Hamas.
"Saya telah mengarahkan tim saya untuk bekerja dengan rekan-rekan Israel dalam setiap aspek krisis penyanderaan, termasuk berbagi informasi intelijen," kata Biden dalam pernyataan yang dirilis Gedung Putih.
Sementara itu, Hamas menyebut serangannya sebagai "Operasi Banjir Al-Aqsa" dan menyerukan "pejuang perlawanan di Tepi Barat" serta di "negara-negara Arab dan Islam" untuk bergabung dalam pertempuran tersebut.
Baca Juga:
Tabrakan Black Hawk dan American Airlines di Langit AS Renggut Puluhan Nyawa
Sayap bersenjatanya, Brigade Ezzedine Al-Qassam, mengeklaim telah menembakkan lebih dari 5.000 roket pada hari pertama serangan
Ketua Hamas Ismail Haniyeh mengeklaim kelompoknya berada di "ambang kemenangan besar".
"Siklus intifada (pemberontakan) dan revolusi dalam pertempuran untuk membebaskan tanah kami dan tahanan kami yang mendekam di penjara pendudukan harus diselesaikan," katanya.