WahanaNews.co | Beberapa bulan terakhir, negara-negara Barat di bawah koordinasi Amerika Serikat (AS) berusaha membentuk front persatuan guna mendukung Ukraina dalam bertahan melawan invasi Rusia.
Saat tengah intens mengoordinasikan upaya untuk menekan Moskow, pemerintah Barat juga mengawasi langkah diplomatik Cina, terutama upaya negara itu dalam memperkuat hubungan dengan negara-negara otokratis.
Baca Juga:
Prabowo Kunjungi Monumen Pahlawan Rakyat di Beijing
Sejak Rusia memulai invasi ke Ukraina pada akhir Februari, negara-negara Barat telah berulang kali memperingatkan Beijing agar tidak memberikan bantuan militer ke Moskow.
Minggu ini, pejabat senior AS mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa mereka tidak melihat adanya dukungan "terbuka" dari Cina, baik secara militer dan ekonomi, kepada Rusia. Meski demikian, pemerintah Cina sejauh ini belum mengutuk tindakan Rusia di Ukraina.
Baca Juga:
Bertemu Zhao Leji, Presiden Prabowo Tegaskan Komitmen Pererat Hubungan Indonesia-Tiongkok
Mitra-mitra ideal Beijing
Selama dua bulan terakhir, Beijing juga telah menyelenggarakan pertemuan tingkat tinggi dengan pemerintah militer di Myanmar. Menjanjikan kerja sama dan pertukaran di semua bidang, sekaligus menjadi tuan rumah pertemuan multinasional untuk membahas krisis kemanusiaan dan ekonomi yang dihadapi Afganistan.
Sejumlah ahli percaya bahwa stabilitas di negara-negara ini adalah kepentingan Beijing karena semua berbagi perbatasan darat dengan Cina. "Ada alasan alami bagi Beijing untuk berusaha merangkul mereka," kata Ian Chong, ilmuwan politik dari National University of Singapore (NUS), Singapura.