"Ini ditujukan untuk negara-negara berkembang dengan penekanan pada tahap pembangunan bersama atau pengalaman bersama dalam mengalami sejarah kolonialisme, dan menekankan prinsip-prinsip kedaulatan dan tanpa intervensi."
Pukulan besar bagi organisasi internasional
Baca Juga:
Prabowo Kunjungi Monumen Pahlawan Rakyat di Beijing
Saat Amerika Serikat dan Cina tengah mencoba mengonsolidasikan hubungan mereka dengan negara-negara dengan nilai-nilai yang sama, muncul kekhawatiran tentang kemungkinan persaingan ini akan menimbulkan tantangan bagi sistem internasional yang tengah berjalan.
"Sekarang kita telah memasuki fase di mana berbagai wilayah geografi telah menyadari ketergantungan strategis dan kritis mereka dan telah mulai, kurang lebih, melindungi pasar terbuka mereka dari perusahaan-perusahaan yang disubsidi negara Cina dan berusaha mendapatkan timbal balik dengan cara mereka sendiri," ujar Havren.
"Dua blok yang muncul ini dan persaingan antara mereka akan menyebar ke semua bidang, termasuk pertahanan, perdagangan, investasi, dan teknologi. Sistem internasional yang ada tengah ditantang oleh koalisi longgar yang dipimpin oleh Cina dan Rusia, sementara demokrasi Barat berusaha mempertahankannya," menurut Havren.
Baca Juga:
Bertemu Zhao Leji, Presiden Prabowo Tegaskan Komitmen Pererat Hubungan Indonesia-Tiongkok
Ia memperkirakan bahwa persaingan ini akan memberikan pukulan besar bagi organisasi internasional karena mereka berisiko menjadi "usang" dan telah menunjukkan ketidakmampuannya dalam memecahkan berbagai masalah penting, termasuk perang Ukraina.
Upaya pertahankan level kerja sama
Terlepas dari kesenjangan yang semakin besar di antara kedua kubu, negara-negara Barat masih berharap untuk dapat mempertahankan beberapa tingkat kerja sama dengan Beijing dalam isu-isu tertentu, seperti perubahan iklim.