WahanaNews.co | Rusia menuduh Azerbaijan melanggar perjanjian gencatan senjata dengan memasuki zona misi penjaga perdamaian Rusia di wilayah Nagorno-Karabakh yang telah memisahkan diri.
Ini adalah pertama kalinya Rusia secara terbuka menyalahkan Azerbaijan telah melanggar kesepakatan pada 2020.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Pada Sabtu, Kementerian pertahanan Rusia juga menuduh pasukan Azerbaijan menggunakan pesawat tak berawak buatan Turki untuk menyerang pasukan Karabakh.
Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan keprihatinan yang ekstrim atas ketegangan yang meningkat di wilayah tersebut.
Insiden antara angkatan bersenjata Azerbaijan dan Armenia yang merupakan musuh bebuyutan telah sering terjadi dalam beberapa bulan terakhir.
Baca Juga:
Di COP29 Azerbaijan, PLN Paparkan Berbagai Inisiatif dan Strategi Pembiayaan Transisi Energi
Namun pengumuman Rusia pada Sabtu lalu adalah pertama kalinya sejak berakhirnya permusuhan di Karabakh pada November 2020.
Moskow menuduh salah satu pihak melanggar gencatan senjata sehingga membuat situasi menjadi tegang.
Moskow mengecam gejolak pada hari ke-31 kampanye militer Rusia di Ukraina.
Menurut Rusia, kedua belah pihak memancing konflik berkepanjangan di negara pro-Barat.
Kremlin mengatakan pada Sabtu bahwa Presiden Vladimir Putin telah membahas situasi tersebut dengan pemimpin Armenia Nikol Pashinyan pada Kamis dan Jumat.
"Angkatan bersenjata Azerbaijan antara 24 Maret dan 25 Maret memasuki zona tanggung jawab kontingen penjaga perdamaian Rusia di Nagorno-Karabakh dan mendirikan sebuah pos pengamatan," kata kementerian pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataan.
Rusia mendesak Azerbaijan untuk menarik kembali pasukannya.
"Permohonan telah dikirim ke pihak Azerbaijan untuk menarik pasukannya," kata kementerian pertahanan.
"Komando kontingen penjaga perdamaian Rusia mengambil langkah-langkah untuk menyelesaikan situasi," lanjutnya.
Kementerian luar negeri di Moskow mendesak semua pihak untuk menahan diri dan mematuhi perjanjian tripartit.
Pada 2020, Armenia dan Azerbaijan berperang memperebutkan daerah kantong.
Perang itu merenggut lebih dari 6.500 nyawa.
Kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi oleh Putin membuat Yerevan menyerahkan sebagian besar wilayahnya.
Rusia mengerahkan kontingen penjaga perdamaian ke wilayah pegunungan.
Pada Sabtu, kementerian pertahanan wilayah yang memisahkan diri itu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pesawat tak berawak Azerbaijan telah menewaskan tiga orang dan melukai 15 lainnya.
"Angkatan bersenjata Azerbaijan terus bertahan di desa Parukh," tambah pernyataan itu.
Armenia meminta masyarakat internasional untuk mencegah upaya yang bertujuan mengganggu stabilitas situasi di Kaukasus Selatan.
"Kami juga mengharapkan kontingen penjaga perdamaian Rusia di Nagorno-Karabakh untuk melakukan langkah nyata dan nyata untuk menyelesaikan situasi dan mencegah korban dan permusuhan baru," kata Kementerian Luar Negeri Armenia dalam sebuah pernyataan.
Azerbaijan menanggapi pernyataan Rusia dengan menyatakan bahwa peristiwa itu hanya berdasarkan laporan sepihak.
Armenia adalah pihak yang harus disalahkan atas eskalasi yang sedang berlangsung, menurut Kementerian Pertahanan Azerbaijan.
Tindakan itu, menurut Kemenhan Azerbaijan, diambil sebagai tanggapan atas upaya serangan rahasia oleh pasukan ilegal Armenia. [gun]