"Namun, apa yang saya dengar secara pribadi dan juga
yang saya rasakan adalah bahwa orang terkadang cenderung tidak mendengarkan
kami," tambahnya.
Pihak berwenang menekankan bahwa mereka masih
menyelidiki motif di balik penembakan brutal hari Selasa itu.
Baca Juga:
Elon Musk Beberkan Alasan Tangguhkan Akun X Pemimpin Tertinggi Iran
Namun, bagi banyak orang di AS, tindakan keji si
pembunuh itu bukan semata-mata tentang rasisme atau kebencian terhadap
perempuan.
Ini juga menyangkut soal kelindan kelas, undang-undang
senjata Amerika, hingga penyakit mental khususnya yang diidap si pelaku.
Laporan nasional oleh Stop AAPI Hate, kelompok yang mendokumentasikan insiden rasisme dan
diskriminasi terhadap warga Amerika-Asia, tahun lalu menemukan bahwa perempuan
melaporkan insiden kebencian 2,3 kali lebih banyak daripada pria.
Baca Juga:
BNPT Wanti-wanti Gerakan Radikal Jelang Pemilu 2024
Sebelum meninggalkan Washington menuju Atlanta, Biden
menyatakan dukungannya pada Undang-Undang Kejahatan Kebencian terhadap
Covid-19.
UU itu diharapkan khalayak akan memperkuat pelaporan
dan respons pemerintah terhadap kejahatan kebencian dan sekaligus bentuk
dukungan bagi komunitas Amerika-Asia.
Sentimen anti-Amerika-Asia ikut tersulut oleh komentar
tuduhan Presiden Donald Trump bahwa Covid-19 adalah virus asal China.