"Ketika kami berhasil lewat, ada mobil yang terbakar. Tentara mengatakan seorang perempuan terkena ledakan setelah dia menabrak ranjau hanya satu jam sebelum kami tiba di sana," tuturnya.
Dmytro, yang tiba dengan istri dan dua anaknya di Zaporizhzhia pada Selasa, mengatakan ini adalah upaya ketiganya keluar dari Mariupol bersama keluarganya.
Baca Juga:
Rusia Angkut Baja dari Kota Mariupol, Ukraina: Penjarahan!
Sebelumnya dia gagal dan disuruh kembali oleh pasukan Rusia.
Tangannya menghitam karena kotor, Dmytro mengatakan dia belum mandi selama dua pekan dan penduduk Mariupol terpaksa minum air sungai. Dia mengaku menjarah toko untuk memberi makan anak-anak dan kakek neneknya.
"Kami tinggal di bawah tanah dan jika suhunya minus 4 derajat Celcius, itu suhu yang baik," ujarnya.
Baca Juga:
Si Tajir Pemilik Pabrik Baja Mariupol Tuntut Rusia Rp 292 T
Mariupol menghadapi bencana kemanusiaan, menurut lembaga bantuan, sejak gempuran sengit Rusia membuat warga tak memiliki air mengalir maupun pemanas, dan makanan semakin menipis.
"Kadang-kadang mayat-mayat berada di jalan selama tiga hari. Baunya menguar di udara dan Anda tidak ingin anak-anak Anda menciumnya," kata Dmytro.
Pemimpin regional, Pavlo Kyrylenko mengatakan pasukan Rusia merebut rumah sakit terbesar Mariupol dan menyandera sekitar 500 orang pada Selasa malam.