Di satu spanduk lainnya, terpampang slogan untuk menolak kebijakan nol-Covid dan lockdown ketat yang diterapkan pemerintah China selama pandemi melanda.
The Washington Post melaporkan bahwa untuk menarik perhatian, ia juga membakar ban di dekat tulisan itu dibentangkan, membuat asap hitam membubung tinggi di udara.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
Meski singkat, aksi pria itu membawa dampak sangat besar. Di era media sosial, pesan pria itu dapat tersebar cepat dan luas hanya dalam waktu singkat melalui unggahan-unggahan yang akhirnya viral.
Pemerintah memang dengan sigap menghapus segala konten mengenai protes itu. Namun, pesan sudah terlanjur tersebar, bahkan hingga ke luar negeri.
Di berbagai kampus di mancanegara, seperti Inggris dan Amerika Serikat, para mahasiswa China menggelar aksi untuk menunjukkan dukungan terhadap sang Manusia Jembatan.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
Di China, warga juga memenuhi jejaring sosial dengan unggahan mengenai Manusia Jembatan dan tagar-tagar pendukungnya.
Meski tahu pemerintah akan langsung menghapus unggahan itu, mereka tak hilang akal. Para anak muda mulai mencoret pintu di bilik toilet.
Mereka paham betul, pemerintah tak akan bisa memasang pemantau di dalam bilik toilet. Dengan cepat, gerakan itu menjalar ke berbagai daerah.