Dalam sebuah video yang menjadi viral, seorang peternak ayam di Sichuan tampak menangis karena semua hewan ternaknya mati dalam semalam karena pemadaman listrik pada hari yang sangat panas.
Di beberapa daerah di Sichuan, produsen listrik tenaga air terbesar di negara itu, cuaca panas sempat sedikit mereda pada hari Kamis ketika terjadi hujan lebat dengan intensitas tinggi dalam semalam.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
Meskipun itu disertai badai yang membuat sekitar 30.000 orang harus dievakuasi, menurut laporan dari stasiun televisi negara CCTV.
Badan cuaca mengatakan cuaca panas diperkirakan akan berlanjut setidaknya selama tiga hari ke depan di wilayah tersebut, serta di provinsi-provinsi di sekitar pusat komersial Shanghai.
Tetapi bukan hanya Sichuan yang terkena dampak: dengan lebih sedikit hujan yang turun ke Sungai Yangtze (China), permukaan air telah turun terutama di Bendungan Tiga Ngarai dan akibatnya pasokan listrik telah berkurang di beberapa kota di China, termasuk pusat keuangan Shanghai.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
Stephen McDonell, koresponden BBC News di China, mengatakan Bendungan Tiga Ngarai sudah kontroversial sejak awal pembangunannya.
Bagi sebagian orang, ini adalah keajaiban enjinering yang menghasilkan sejumlah besar listrik dan mengendalikan aliran air di Sungai Yangtze. Tetapi para pengkritiknya berpendapat bendungan tersebut menenggelamkan kota-kota kuno dan menyebabkan relokasi jutaan orang serta kematian banyak spesies ikan dan hewan.
Tetapi saat ini, kata McDonell, kekeringan berarti tidak ada cukup air untuk mendapatkan level energi yang optimal, yang diperlukan untuk ekonomi daerah tersebut. Dan, ia menekankan, China dapat mempertimbangkan opsi energi lain untuk kawasan itu.