Di tengah situasi ini, Perancis sempat menawarkan jet tempur Rafale buatan Dassault Aviation kepada Armenia. Namun performa Rafale dalam konflik India-Pakistan baru-baru ini justru menurunkan minat Yerevan.
Tiga unit Rafale milik India diduga ditembak jatuh oleh jet tempur J-10CE buatan China milik Pakistan, membuat pesawat kebanggaan Prancis itu dianggap tidak cukup meyakinkan.
Baca Juga:
Claudia Sheinbaum Disudutkan AS, Ini Respons Pedas Sang Presiden Meksiko
“Tambahan pula, walaupun banyak perkara masih belum jelas mengenai insiden konfrontasi antara India dan Pakistan bulan lalu, dakwaan bahawa armada Rafale milik India tidak menunjukkan prestasi yang memberangsangkan turut berpotensi mempengaruhi pertimbangan strategik Armenia,” imbuh Lictenstein.
Sebaliknya, Su-30MKI dinilai lebih menjanjikan. Jet tempur hasil lisensi Rusia ini telah dioperasikan oleh India sejak awal 2000-an dan menjadi tulang punggung Angkatan Udara India.
Dengan lebih dari 270 unit yang telah diserahkan, HAL juga terus melakukan pemutakhiran pesawat ini ke dalam konfigurasi “Super Sukhoi”.
Baca Juga:
Presiden Prabowo Ingatkan: Tanpa Alutsista yang Kuat, Bangsa Bisa Jadi Budak!
Pemutakhiran tersebut meliputi radar AESA generasi terbaru, rudal udara-ke-udara Astra Mk1 dan Mk2, sistem peperangan elektronik modern, serta integrasi data-link untuk misi serangan waktu nyata.
Keunggulan ini membuat Su-30MKI menjadi salah satu pesawat tempur paling berkemampuan di Asia Selatan.
Dari perspektif strategis, keputusan Armenia membeli Su-30MKI juga dinilai sebagai sinyal bahwa negara tersebut makin menjauh dari ketergantungan terhadap alutsista Rusia, terutama setelah invasi Rusia ke Ukraina yang membuat pasokan senjata ke Armenia kerap tersendat.