Salah satu langkah pemerintahan Kamerad Xi adalah 'membanjiri' pasar dengan pasokan batu bara. Kelangkaan batu bara (coal crunch) di Negeri Tirai Bambu sudah usai sehingga pembentukan harga menjadi lebih wajar.
"Krisis batu bara di China sudah terselesaikan. Produksi dan stok sepertinya memadai untuk kebutuhan pembangkit listrik selama musim dingin," tulis Clyde Russell, kolumnis Reuters, dalam tajuk berjudul China's Coal Crunch is Over, but Prices are Still Too High.
Baca Juga:
Ratu Batu Bara Tan Paulin Diperiksa KPK di Kasus Rita Widyasari
Akan tetapi, lanjut Russell, perjuangan belum selesai. Sejak akhir 2020 (year-to-date), harga batu bara masih membukukan kenaikan 88,5% secara point-to-point, Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, harga masih naik 115,68%.
"Harga batu bara masih di level yang tinggi. Juga masih di atas level yang nyaman bagi pemerintah dan dunia usaha di China," sebut Russell.
Oleh karena itu, Russel menilai pemerintah China akan berupaya lebih keras lagi dalam mengintervensi pasar. Hasilnya, kemungkinan harga komoditas ini nantinya bakal turun lagi. [rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.