Sementara itu, ketegangan meningkat menyusul serangan udara oleh Amerika Serikat pada Senin (28 April 2025) yang dilaporkan menewaskan sedikitnya 68 orang dan melukai 47 lainnya di sebuah tempat penampungan migran asal Afrika di provinsi Saada, Yaman utara.
Serangan tersebut dikecam oleh kelompok Houthi dan menjadi bagian dari eskalasi militer yang lebih luas.
Baca Juga:
Hindari Gempuran Houthi, Jet Tempur AS Senilai Rp1 Triliun Jatuh ke Laut Merah
Pada hari yang sama, Angkatan Laut AS mengumumkan insiden yang terjadi di kapal induk USS Harry S. Truman. Menurut pernyataan resmi, sebuah jet tempur F-18 dan traktor penariknya jatuh ke laut saat operasi hanggar sedang berlangsung.
Jet tersebut sedang ditarik ketika kru kehilangan kendali atas pesawat, meskipun pernyataan itu tidak mengaitkan kejadian tersebut dengan serangan Houthi.
Di sisi lain, saluran televisi Al-Masirah yang dikelola Houthi melaporkan sejumlah serangan udara AS di beberapa wilayah lain di Yaman, termasuk Distrik Harf Sufyan di Kegubernuran Amran dan kawasan Barash di timur Jabal Nuqm, Sanaa.
Baca Juga:
Maut dari Langit: Serangan AS di Yaman Renggut Puluhan Nyawa Migran
Namun belum ada keterangan lebih lanjut mengenai jumlah korban atau kerusakan dari serangan-serangan itu, dan pemerintah AS belum memberikan pernyataan resmi tambahan.
Sejak 15 Maret, menurut data yang dirilis oleh pihak Houthi, militer AS telah melancarkan lebih dari 1.200 serangan udara di Yaman, yang mengakibatkan lebih dari 225 korban jiwa dari kalangan sipil dan 430 orang luka-luka, sebagian besar di antaranya adalah wanita dan anak-anak.
Angka ini tidak termasuk kerugian dari pihak Houthi sendiri.