Antonella Teodoro, konsultan senior untuk MDS Transmodal, mengatakan perusahaan pelayaran dapat mengerahkan kapal tambahan karena kapasitas armada telah meningkat lebih dari 20% dalam 12 bulan terakhir untuk melayani konsumen tanpa keterlambatan.
"Permintaan diperkirakan akan tetap sama sehingga ada kapasitas yang tersedia untuk menjaga jalur pengangkut laut tepat waktu dan mengambil kontainer setelah terikat pada kapal yang dialihkan ini," kata Teodoro kepada CNBC.
Baca Juga:
Perdagangan Tersendat, China Jadi 'Korban' Baru Konflik Laut Merah
CEO AP Moller-Maersk, Vincent Clerc, memperkirakan akan terjadi penundaan selama dua hingga empat minggu. Menurutnya, penundaan barang akan sangat terasa di Eropa.
"Eropa lebih bergantung pada Suez. Penundaan akan terasa di Eropa," tuturnya.
Melansir CNBC Indonesia, Direktur Timur Tengah dan Afrika di The Global Counsel, Ahmed Helal, mengatakan kepada Al Jazeera "dampak besar" dari krisis ini adalah pada inflasi. Ia menyebut karena serangan Houthi dan pindahnya rute kapal, harga gas dan minyak melonjak.
Baca Juga:
Berbekal Perangkat Jadul, Houthi Nekat Lawan AS yang Andalkan Jet Tempur Canggih F-35
"Bank-bank sentral besar telah memangkas suku bunga untuk memerangi inflasi dan menurunkan harga bagi konsumen. Namun gangguan pada arteri perdagangan global ini berdampak pada barang-barang dan energi, baik minyak maupun gas alam," ujarnya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.