Sebaliknya, Pakistan berjuang mempertahankan angkatan tetap besar sambil menjaga program nuklirnya tetap kredibel.
"Pakistan kini menghadapi dilema klasik," kata Brigadir (Purn) Feroz Khan, pakar nuklir Pakistan.
Baca Juga:
Gegera Rebutan Air, China vs India Bisa Perang
"Bagaimana mempertahankan deterrence minimum yang kredibel menghadapi musuh yang unggul dalam kekuatan konvensional dan kini juga memimpin dalam kapabilitas nuklir strategis?"
Namun, ancaman utama bukan hanya ketidakseimbangan kekuatan, melainkan meningkatnya risiko eskalasi tak terkendali.
Pembantaian di Pahalgam memicu gelombang kemarahan di India yang dapat mendorong keputusan gegabah.
Baca Juga:
China Open 2025: Leo/Bagas Takluk Setelah Kesalahan Krusial di Gim Kedua
Walaupun India secara resmi masih berpegang pada kebijakan "No First Use" terkait senjata nuklir, beberapa pejabat senior telah mengisyaratkan bahwa serangan teroris besar bisa memicu perubahan kebijakan tersebut.
"Kebijakan 'No First Use' India lebih rapuh daripada yang diasumsikan banyak pihak," kata Prof. Vipin Narang, spesialis strategi nuklir dari MIT.
Ia menambahkan, "dalam kondisi provokasi besar, terutama serangan teror besar-besaran, tekanan domestik untuk membalas bisa sangat kuat."