Selama dua dekade terakhir, Pakistan mempertahankan keunggulan angka dengan mengembangkan senjata nuklir taktis sebagai penyeimbang terhadap kekuatan konvensional India.
Namun, upaya modernisasi intensif yang dilakukan India, termasuk pengembangan rudal balistik Agni-5 yang dilengkapi teknologi Multiple Independently Targetable Reentry Vehicles (MIRV), telah mengubah keseimbangan tersebut.
Baca Juga:
Dorong Optimalisasi Ekspor Produk UMKM ke India, Mendag Resmikan Kantor Baru ITPC Chennai
"Modernisasi nuklir India, terutama dalam teknologi MIRV, meningkatkan kerentanan Pakistan secara eksponensial," kata Dr. Farzana Shaikh, analis pertahanan Pakistan yang berbasis di Chatham House, London.
Menurutnya, kemajuan ini memaksa Islamabad untuk mempertimbangkan "opsi pengembangan senjata balasan yang lebih agresif."
Saat ini, baik India maupun Pakistan berlomba memperkuat teknologi MIRV mereka, membuka babak baru perlombaan senjata nuklir yang lebih kompleks dan berisiko tinggi.
Baca Juga:
Api Perang Mengintai di Kashmir: Pakistan Ancam India dengan Sungai Darah
Di sisi lain, jurang pengeluaran pertahanan semakin melebar. Anggaran pertahanan India untuk tahun 2025–26 melonjak menjadi sekitar USD79 miliar, meningkat hampir 10% dari tahun sebelumnya.
Pakistan, dengan anggaran hanya sekitar USD8 miliar, berada dalam posisi jauh lebih lemah, terpaksa memprioritaskan sektor-sektor strategis dalam keterbatasan sumber daya.
Keunggulan finansial India diterjemahkan menjadi kekuatan nyata di lapangan: pembelian jet tempur Rafale dari Prancis, akuisisi sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia, dan modernisasi besar-besaran seluruh cabang angkatan bersenjata.