Pada 16 Februari 2015, Tolstykh dimasukan oleh Dewan Eropa dalam daftar sanksi mereka, pada tahun 2016 dia juga didakwa di Ukraina dengan kejahatan termasuk pembentukan organisasi teroris, penculikan, penyalahgunaan tahanan perang, dan secara terbuka membunuh seorang tentara perang.
Pada Januari 2015, beberapa video muncul tentang Tolstykh yang secara fisik menyiksa tahanan yang ditangkap di Pertempuran Kedua Bandara Donetsk. Tolstykh terlihat jelas mengidentifikasi dirinya sebelum meraih wajah para tahanan, mengacungkan belati dan memotong lencana militer serta memaksa tahanan untuk memakannya.
Baca Juga:
Negosiasi di Ujung Tanduk, Moskow Ancam Balas Serangan Drone Ukraina
Oleksandra Matviychuk, Kepala Pusat Kebebasan Sipil yang berbasis di Kyiv menyebutkan bahwa video tersebut merupakan pelanggaran mencolok yang terjadi pada Konvensi Jenewa dan mengatakan bahwa dia saat itu sedang mempersiapkan dasar untuk penuntutan.
Pada tahun 2016, Kantor Kejaksaan Militer Ukraina menuduh Tolstykh menindas tahanan perang dan pembunuhan, dan dia diancam dengan hukuman penjara yang lama.
Givi tidak banyak cerita mengenai kehidupan pribadinya, namun diketahui bahwa dia sudah menikah pada tahun 2001 dan dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Sergei.
Baca Juga:
Ukraina Buka 'Front Baru': 41 Pesawat Rusia Hancur, Kini Ledakkan Lagi Jembatan Krimea
Tetapi rupanya pernikahan itu tidak berlangsung lama dan dikabarkan bahwa dia bercerai dengan istrinya.
Tolstykh mendukung politik Rusia, khususnya partai Demokrat Liberal, yang dipimpin oleh Vladimir Zhirinovsky, dia bahkan tidak mengakui pemerintahan baru Ukraina karena ketidakstabilan dan kehancuran pada saat itu.
Pada tanggal 8 Februari 2017, saat bekerja di kantornya di Donetsk, Tolstykh dinyatakan tewas karena ledakan yang disebabkan oleh peluncur roket RPO-A Shmel yang ditembakan dari jarak yang tidak diketahui.