Jalur ini merupakan bagian dari kebijakan containment Amerika Serikat untuk membatasi ekspansi militer China menuju Pasifik terbuka.
Namun, laporan Pentagon juga mencatat adanya penurunan jumlah intersepsi udara yang dilakukan secara koersif oleh militer China sejak akhir 2023.
Baca Juga:
Tebar Berkah, Proyek Baterai Raksasa Prabowo Ciptakan 35 Ribu Lapangan Kerja
Dibandingkan dua tahun sebelumnya, Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) disebut lebih jarang melakukan aksi udara agresif yang dapat memicu risiko tinggi, terutama di Laut China Timur dan Selatan.
Meski begitu, Angkatan Laut AS tetap menyuarakan komitmennya untuk menjaga prinsip-prinsip kebebasan navigasi dan penerbangan.
“Angkatan Laut AS berkomitmen untuk menegakkan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, bersama sekutu dan mitra kami, di mana semua negara besar maupun kecil memiliki kebebasan untuk berlayar dan terbang sesuai dengan hukum internasional,” tegas juru bicara Armada Pasifik.
Baca Juga:
Pembersihan Militer China Makin Brutal: Miao Hua Lengser, He Weidong Menghilang
Sebagai catatan, kapal induk pertama China, CNS Liaoning, juga sempat terpantau pada September tahun lalu berada sekitar 900 kilometer dari Guam -- wilayah AS yang menjadi pusat militer strategis di Pasifik.
Pertemuan udara antara dua jet tempur dari dua kekuatan besar dunia ini menambah panjang daftar interaksi militer yang berlangsung dengan tensi tinggi.
Walaupun tidak mengarah pada bentrokan fisik, namun insiden semacam ini tetap menjadi sumber kekhawatiran akan potensi salah kalkulasi yang bisa menyulut konflik terbuka di wilayah Indo-Pasifik yang sangat strategis.