Ia menulis bahwa serangan terbaru Israel "menimbulkan kepanikan dan ketakutan akan kembalinya kekerasan di tengah masyarakat yang mendambakan kehidupan normal."
Hennis menyerukan kepada seluruh pihak untuk menghentikan semua tindakan yang bisa merusak implementasi gencatan senjata dan pelaksanaan resolusi PBB yang mengakhiri perang.
Baca Juga:
Serangan Kedua Israel di Beirut, Pejabat Hizbullah Tewas
Serangan udara pada Minggu ini merupakan yang ketiga kalinya sejak gencatan senjata diberlakukan.
Serangan pertama terjadi pada 28 Maret, yang saat itu diawali dengan pemberitahuan resmi, sedangkan serangan kedua pada 1 April dilakukan tanpa peringatan dan menewaskan empat orang, termasuk seorang pejabat Hizbullah.
Pemimpin Hizbullah, Sheikh Naim Kassem, baru-baru ini mengingatkan bahwa jika Israel terus melakukan serangan di Lebanon dan pemerintah Lebanon tidak mengambil tindakan nyata untuk menghentikannya, maka Hizbullah "akan mempertimbangkan alternatif lain."
Baca Juga:
Lebanon di Ambang Perang, Israel Lancarkan Serangan Udara Terbesar Sejak 2024
Ia juga menegaskan, "Para pejuang kami tidak akan meletakkan senjata selama pasukan Israel masih berada di wilayah selatan Lebanon dan pelanggaran terhadap wilayah udara kami terus terjadi."
Dalam kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi oleh Amerika Serikat, Israel seharusnya menarik seluruh pasukannya dari wilayah Lebanon pada akhir Januari.
Di sisi lain, Hizbullah diwajibkan untuk mengakhiri keberadaan pasukan bersenjatanya di wilayah selatan Sungai Litani, di sepanjang perbatasan Israel.