Pada 1983, Erdogan mulai bergabung dengan Partai Kesejahteraan Islam. Singkat cerita, Erdogan mulai mencalonkan diri sebagai anggota parlemen daerah Istanbul pada 1986 dari partai tersebut meski gagal.
Tiga tahun kemudian, Erdogan mencalonkan diri sebagai Wali Kota Beyoglu namun kalah di posisi kedua dengan meraup 22,8 persen suara. Namun, pada 1991, Erdogan terpilih menjadi anggota parlemen meski dilarang aktif karena pemilihan preferensial.
Baca Juga:
Belanda Bangkit, Menang 2-1 atas Turki di Euro 2024 Berlin
Dikutip Associated Press, pada 1994, Erdogan mencalonkan diri sebagai Wali Kota Istanbul dari Partai Kesejahteraan Islam dan menang.
Pada 1997, Erdogan pernah divonis penjara empat bulan karena terbukti "menghasut kebencian" dengan membaca puisi yang menurut pengadilan melanggar hukum sekuler di Turki.
Hubungan Erdogan dengan Partai Kesejahteraan Islam pun merenggang hingga akhirnya ia keluar dari partai tersebut pada Agustus 2001. Erdogan lantas membentuk partai konservatif reformis Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) di tahun yang sama.
Baca Juga:
Timnas Turki Menang Melawan Georgia di Euro 2024 Skor 3-1
Hanya setahun setelah AKP terbentuk, partai itu menang mayoritas suara dalam pemilihan umum pada November 2022. Namun, saat itu, Erdogan terjegal kasus pidana penjara sehingga tidak bisa mencalonkan diri sebagai perdana menteri.
Saat itu, Turki masih menerapkan sistem demokrasi parlementer di mana perdana menteri berperan sebagai pemimpin eksekutif sekaligus yang paling berkuasa dalam mengambil keputusan.
Pada 2003, Erdogan terpilih sebagai anggota parlemen melalui pemilihan khusus. Keterpilihannya itu berlangsung usai larangan berpolitik bagi Erdogan resmi dicabut.