Beijing menolak perbandingan Taiwan dengan Ukraina pada saat itu sebagai tidak pantas.
Menanggapi pernyataan Kishida itu, pada hari Jumat (13/5/2022), juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, memberi pernyataan.
Baca Juga:
Jokowi Hadiri KTT Perayaan 50 Tahun ASEAN-Jepang
"Jika pihak Jepang tulus menjaga perdamaian dan stabilitas di Asia Timur, maka itu harus segera berhenti memprovokasi konfrontasi negara-negara besar," katanya.
Bulan lalu, mengutip kampanye militer Rusia di Ukraina di antara alasan lain, Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa di Jepang mengajukan proposal untuk memperbarui Pedoman Program Pertahanan Nasional, dokumen strategi militer utama negara itu.
Menurut media Jepang, langkah tersebut mencakup perubahan yang akan memungkinkan Jepang untuk memperoleh "kemampuan serangan balik" untuk menyerang pangkalan musuh dan pusat komando.
Baca Juga:
Tiba di Tokyo, Jokowi Bertemu PM Kishida
Pada bulan Desember, AS dan Jepang menyusun rencana militer darurat sebagai tanggapan atas potensi konflik antara China dan Taiwan, menurut Kyodo News.
China sebelumnya menuduh Jepang ikut campur dalam masalah Taiwan, yang dianggapnya urusan dalam negeri.
Laksamana Samuel Paparo, komandan Armada Pasifik Angkatan Laut AS, mengatakan pada bulan April bahwa Beijing sedang mempelajari konflik Rusia-Ukraina, dan bahwa, dalam keadaan saat ini, invasi potensial ke Taiwan akan "sangat tidak dapat diprediksi."