Di Saudi, memperingati kelahiran Yesus atau perayaan agama selain Islam sudah lama menjadi subjek perdebatan.
Namun, sejak Mohammed bin Salman (MbS) menjadi putra mahkota, Natal di negara yang terkenal konservatif ini tak lagi tabu. Ia melakukan sederet gebrakan, termasuk merevisi aturan agama, sesuai Visi 2030.
Baca Juga:
Berikut Jadwal Idul Adha di Arab dan Indonesia, Muhammadiyah Bilang Begini
Dalam Visi 2030, MbS mengizinkan perayaan agama, festival musik, dan festival lain. Pengamat menilai, berdasarkan visi tersebut, Saudi memang melonggarkan norma dan budaya demi ekonomi.
Namun, beberapa pihak menilai langkah itu sebagai cara pencucian reputasi. Para pejabat kerajaan segera membantah tudingan itu dan mengatakan bahwa perubahan memang diperlukan.
Momen Natal kali ini merupakan tahun ketiga umat Kristen di Saudi bisa merayakannya secara terbuka.
Baca Juga:
Lebanon Minta Israel Tak Seret Negara-negara Arab ke Kancah Perang
Meski belum ada pengumuman secara resmi, para pemilik toko tetap merasa aman menjual pohon Natal atau pernak-pernik lain selama tak ada reaksi negatif dari publik. Mereka umumnya lebih merasa takut pada kelompok yang masih punya pandangan konservatif.
"Ini tetap menjadi tempat yang sangat konservatif, bahkan di Riyadh," kata salah satu pemilik toko.
"Beberapa topi santa seharusnya tak masalah, tetapi saya rasa tak semua orang siap untuk semua hiasan," imbuh dia lagi. [rna]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.