Pejabat-pejabat AS dan negara-negara Barat mencurigai bahwa pesawat itu mungkin jatuh karena ledakan yang disengaja, sehingga menyebabkannya jatuh di sebuah lapangan sekitar 185 mil (sekitar 300 km) di utara Moskow.
Kecurigaan ini dengan cepat tertuju pada Presiden Rusia Vladimir Putin, menurut pihak-pihak dari Amerika Serikat dan negara-negara Barat, karena mereka menganggapnya sebagai sosok yang mungkin bertanggung jawab atas insiden tersebut, terutama mengingat pemberontakan bersenjata yang dipimpin oleh Prigozhin dianggap sebagai ancaman serius terhadap kepemimpinan Putin yang telah berlangsung selama 23 tahun.
Baca Juga:
Akhiri Perang Presiden Ukraina Zelensky Bakal Ajukan Damai dengan Rusia
Meskipun Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa dia tidak memiliki pengetahuan pasti tentang kejadian ini, namun ia menganggapnya sebagai hal yang tidak mengherankan.
Dia menyatakan, "Dalam banyak peristiwa di Rusia, Putin seringkali memiliki peran." Sementara itu, Kremlin membantah tuduhan bahwa mereka yang membunuh Prigozhin dan dengan tegas menolak penilaian intelijen Barat mengenai potensi keterlibatan Putin sebagai "kebohongan mutlak".
Reaksi di Ukraina relatif terbatas pada titik ketidakpedulian, karena Prigozhin tidak lagi dipandang sebagai tokoh penting setelah pemberontakan yang gagal.
Baca Juga:
Diberondong Peluru, PM Slovakia Berstatus 'Warga' NATO tapi Akrab dengan Rusia
Wagner Group miliknya, yang pernah menjadi unit utama yang beroperasi di Ukraina, telah menarik diri dari negara itu tiga bulan lalu setelah Bakhmut direbut.
Putin kemudian bergerak cepat memanfaatkan kematian Prigozhin dengan mengeluarkan dekrit yang mewajibkan Wagner dan semua pejuang perusahaan militer swasta lainnya untuk bersumpah setia kepada Rusia.
Pada Kamis, dia tampak memuji Prigozhin dalam sebuah wawancara di televisi, dengan mengatakan bahwa dia telah mengenal pemimpin Wagner tersebut sejak awal 1990-an.