Para
pejabat telah mendesak warga sipil untuk mengungsi, di mana ribuan orang
terjebak atau melarikan diri demi menyelamatkan diri.
Di
Herat, warga juga telah meninggalkan rumahnya untuk mengantisipasi serangan
pemerintah terhadap posisi kelompok Taliban.
Baca Juga:
Taliban: Tugas Wanita Itu Melahirkan, Bukan Jadi Menteri
"Kami
tidak punya apa-apa lagi dan kami tidak tahu harus pergi ke mana," kata
seorang warga kepada kantor berita AFP.
Dan di
ibukota Afghanistan, Kabul, minggu ini, Taliban menembak mati mantan juru bicara
Presiden Ashraf Ghani dan melakukan serangan bom di rumah penjabat menteri
pertahanan.
Pejuang
Taliban juga telah merebut perbatasan utama dengan negara-negara tetangga dalam
beberapa pekan terakhir.
Baca Juga:
Taliban Izinkan Perempuan Afghanistan Kuliah, Tapi…
Kelompok
militan telah menutup perbatasan dengan Pakistan, dan gambar-gambar menunjukkan
puluhan warga Afghanistan terdampar di sisi Pakistan, tidak dapat kembali ke
keluarga mereka.
"Kami
datang [ke Pakistan] untuk menghadiri pemakaman tiga hari lalu. Sekarang
perbatasan ditutup. Kami duduk di sini. Kami tidak punya makanan dan
uang," kata seorang pria. yang berusaha pulang ke Kandahar, kepada kantor berita Reuters.
Utusan
khusus PBB untuk Afghanistan, Deborah Lyons, pada Jumat (13/8/2021), mengatakan, perang
di sana telah memasuki "fase baru, lebih mematikan, dan lebih
merusak", dengan lebih dari 1.000 warga sipil tewas dalam sebulan
terakhir.