WahanaNews.co, Jakarta - Seorang pejabat Israel menyerukan agar dunia "menghilangkan" bulan Ramadan dan mengabaikan ketegangan di wilayah Tepi Barat serta Yerusalem Timur selama bulan suci tersebut.
"Apa yang disebut sebagai bulan Ramadan harus dihilangkan, dan ketakutan kita terhadap bulan ini juga seharusnya dihilangkan," cetus Amichai Eliyahu, yang menjabat sebagai Menteri Warisan Budaya Israel kepada Radio Angkatan Darat Israel seperti dilaporkan Anadolu Agency dan Middle East Monitor, beberapa waktu lalu.
Baca Juga:
Kerap Diserang Israel, PBB Sebut Argentina Jadi Negara Pertama Tarik Pasukan dari UNIFIL
Politisi sayap kanan tersebut adalah menteri dari partai Otzma Yehudit yang dipimpin oleh Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir.
Sebelumnya, pada bulan November tahun lalu, Eliyahu menciptakan kontroversi dengan menyatakan bahwa menggunakan "bom nuklir" di Jalur Gaza sebagai "pilihan".
Akibat pernyataannya tersebut, Eliyahu kemudian dihukum dengan sanksi penghentian sementara dari jabatannya sebagai Menteri Warisan Budaya Israel.
Baca Juga:
Netanyahu Tawarkan Rp79 Miliar untuk Bebaskan Satu Sandera di Gaza
Eliyahu dikenai sanksi karena menyampaikan pandangan bahwa opsi menggunakan bom nuklir di Jalur Gaza merupakan salah satu pilihan dalam sebuah wawancara dengan Radio Kol Berama, seperti yang dilaporkan oleh Al Arabiya.
Selanjutnya, Eliyahu tidak diizinkan menghadiri pertemuan kabinet yang diselenggarakan oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
"Kata-kata Amichai Eliyahu tidak sesuai dengan kenyataan," ungkap Netanyahu dalam postingan di akun media sosial X pribadinya, ketika itu.
Komentarnya telah menyulut kemarahan berbagai pihak.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pun akhirnya memutuskan menskors menterinya tersebut gara-gara komentarnya soal bom nuklir.
Profil Amichai Eliyahu
Amichai Ben-Eliyahu merupakan politisi dan aktivis Israel. Sejak 2022, dia menjabat sebagai Menteri Warisan Budaya Israel.
Mengutip Times of Israel, Eliyahu juga diketahui sebagai anggota partai sayap kanan Otzma Yehudit pimpinan Itamar Ben Gvir.
Eliyahu lahir di Yerusalem pada 1979. Dia dibesarkan di wilayah bernama Shlomi.
Eliyahu, cucu dari Mordechai Eliyahu, seorang Kepala Rabi Israel Sephardi, pernah bertugas di Brigade Pasukan Terjun Payung selama dinas militernya.
Meskipun tidak menjadi bagian dari kabinet perang dan tidak memiliki hak pengambilan keputusan, Eliyahu membuat pernyataan kontroversial terkait kemungkinan pengeboman nuklir di Gaza.
Kontroversi bukanlah hal baru bagi Eliyahu. Sebelumnya, ia telah dikenal sebagai penentang solusi dua negara untuk konflik antara Palestina dan Israel.
Menurutnya, gagasan solusi dua negara hanyalah suatu khayalan yang tidak mungkin terwujud.
Selain itu, Eliyahu aktif mendukung aneksasi Israel terhadap Tepi Barat dan terus mendorong negaranya untuk menegakkan kedaulatan di wilayah lain.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]