Pemerintah Iran menutup perbatasannya dengan Irak sebagai tanggapan atas kerusuhan tersebut, dan Kuwait mendesak warganya untuk segera meninggalkan negara itu.
Semua yang tewas adalah pendukung Sadr, sementara sekitar 380 lainnya terluka, kata petugas medis Irak, menurut kantor berita AFP.
Baca Juga:
Balas Israel, Iran Disebut Bakal Tingkatkan Kekuatan Hulu Ledak
Seorang juru bicara untuk Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan ia khawatir dengan peristiwa itu dan meminta agar dilakukan "langkah-langkah segera untuk meredakan situasi".
Mustafa al-Kadhimi, perdana menteri sementara Irak - dan sekutu Al-Sadr - mengumumkan jam malam nasional setelah kerusuhan menyebar ke beberapa kota lain.
Ia menangguhkan rapat kabinet dan memohon kepada Al-Sadr untuk turun tangan dan menghentikan pertempuran.
Baca Juga:
Elon Musk Beberkan Alasan Tangguhkan Akun X Pemimpin Tertinggi Iran
Saat ini, Al-Sadr telah mengumumkan mogok makan sampai kekerasan dan penggunaan senjata oleh semua pihak berhenti.
Al-Sadr, salah satu tokoh Irak yang paling dikenal dengan sorban hitamnya, mata gelap, dan postur tubuh yang tinggi, telah memperjuangkan rakyat Irak biasa yang kehidupannya dihantam oleh tingkat pengangguran tinggi, pemadaman listrik terus-menerus, dan korupsi.
Pria berusia 48 tahun itu telah menjadi tokoh dominan dalam kehidupan publik dan politik Irak selama dua dekade terakhir.